Momentum 17 Agustus, Mari Tingkatkan Nasionalisme

Momentum 17 Agustus, Mari Tingkatkan Nasionalisme

Sejak bergulirnya arus reformasi di segala bidang, mengapa bangsa Indonesia hingga kini justru semakin tertinggal dari negara-negara tetangga ? 

Lihat saja fakta di lapangan, rasa patriotisme, rela berkorban dan jiwa nasionalisme terasa semakin luntur dan memudar. 

Ketertinggalan dan memudarnya semangat nasionalisme ini, agaknya disebabkan munculnya berbagai gejolak sosial, seperti bencana alam yang bertubi-tubi serta konflik horizontal yang merebak di berbagai daerah di tanah air. 

Demokratisasi yang melewati batas etika dan sopan santun, maraknya unjuk rasa, semuanya telah menimbulkan frustasi di kalangan masyarakat dan hilangnya optimisme, sehingga yang ada hanya sifat malas, egois dan, emosional.

Setelah merdeka selama 75 tahun banyak rintangan yang telah kita hadapi. Sebagai negara Bhinneka Tunggal Ika, segala perbedaan tentu ada. Namun perbedaan itu bukanlah untuk menimbulkan pertentangan, melainkan untuk saling melengkapi dalam rangka membangun NKRI. 

Karena itu, Agama yang beragam janganlah menjadi penyebab pertikaian, tapi harus menjadi pemersatu bangsa dan perekat kerukunan.

Penulis hanya mengingatkan, semangat kemerdekaan janganlah sebatas seremonial saja. Namun, peringatan kemerdekaan harus menumbuhkan dan mempererat persatuan dan kesatuan bangsa.

Setiap elemen bangsa wajib menyikapi secara bijak perbedaan yang ada. Sebagai bangsa majemuk, Indonesia terdiri atas beragam suku, agama, dan budaya. Ingatlah, merawat kemerdekaan, persatuan dan kesatuan bangsa itu mahal. 

Peringatan 17 Agustus, jangan pula hanya menjadi kegiatan rutinitas tahunan. Tapi akan menjadi lebih baik jika dimanfaatkan sebagai ajang proses introspeksi diri.

Untuk itu mari kita kembali membuka sejarah bangsa ini, mulai dari munculnya ide kebangsaan (nasionalisme) sampai akhirnya memilih menjadi negara yang merdeka yang akan menjadi acuan kita untuk mengintrospeksi diri.

Bukankah kemerdekaan yang berhasil diraih bangsa Indonesia, yang terjajah selama kurang lebih 350 tahun oleh bangsa Belanda dan Jepang adalah harga yang mahal ?

Sebab itu, generasi muda Indonesia harus bisa mengembalikan jiwa nasionalisme seperti yang pernah dilakukan para pahlawan saat merebut kemerdekaan dahulu.

Hal itu penting, karena seiring dengan kemajuan teknologi informasi, identitas kebangsaan generasi muda ikut tereduksi oleh berbagai macam paham-paham negatif, termasuk radikalisme dan terorisme.

Selama 75 tahun Indonesia merdeka dalam sejarah, kenyataannya apakah Indonesia sudah benar-benar merdeka? Globalisasi yang semakin maju, membuat gaya hidup anak muda masa kini yang mengejar kekinian mulai melunturkan jiwa nasionalis.

Apakah kita tidak sedih jika  melihat anak muda, yang lebih bangga menunjukkan kebaratannya daripada ke-Indonesiaannya ? 

Inilah fakta, kalau kita lupa dengan sejarah, lupa seberapa kayanya Indonesia dan jika hal yang demikian diteruskan, maka orang asing yang akan mengambil alih. Jika sudah begitu, siapa yang disalahkan? Manusianya atau zaman yang terlalu cepat berubah?

Melalui tulisan ini, penulis mengajak segenap anak bangsa untuk melakukan pembaharuan sikap nasionalisme terhadap bangsa ini. 

Kalau saja setiap warga negara memiliki sikap nasionalisme yang tinggi, maka tiap-tiap warga akan menjaga segala apa yang dimiliki oleh bangsa ini, akan mengoptimalkan potensi demi kemajuan bangsa. 

Semua tentu akan bangga dengan hasil karya sendiri, produk dalam negeri akan lebih berkembang, wirausahawan akan semakin banyak jumlahnya, pendapatan per kapita akan naik, tiap orang bisa hidup makmur dan semua anak akan bisa sekolah dengan baik serta menggenggam masa depan yang cerah. 

Tak mungkin ada korupsi, kerusuhan, pengangguran dan semuanya itu hanya berasal dari satu kata “nasionalisme”.

Momentum kemerdekaan, sudah seharusnya menjadi titik tolak untuk makin menumbuhkan rasa cinta tanah air, sehingga muncul rasa ingin menjaga, rasa ingin memajukan negara. Sekali lagi ingat, HUT RI bukan semata-mata ritual. Dirgahayu RI ke-75. (karno raditya)

Berita Lainnya

Index