Ketika Partai Komunis Indonesia (PKI) mendominasi kekuatan politik di tanah air, sekitar tahun 1965, banyak media cetak yang menjadi korban pembredelan. Pers ketika itu seakan berada dalam cengkraman PKI.
Pada saat itu, pers yang menjadi partner ABRI (sekarang TNI) dalam pembentukan opini lumpuh, maka TNI ketika itu memandang perlu membuat suatu penerbitan yang dianggap perlu meng-counter segala bentuk propaganda yang dibuat oleh PKI.
Kesadaran inilah yang membuat TNI menerbitkan Kantor Berita PAB, yang ketika itu dimotori oleh Mayjen TNI R.H. Sugandhi (kini-Alm). Banyak tokoh berjasa yang ikut membidani kelahiran PAB ketika itu, diantaranya adalah Kol. Komar, J. Blasius Bapam Taslim AS, Hendardi, T.I Osman, R.S Hadikamadjaja, Putradjaja, Kemal Tobing.
Keterlibatan TNI dalam kegiatan di dunia Pers, memang sangat dibutuhkan demi tegaknya NKRI. Lahirkan kemudian media-media di bawah naungan TNI seperti PAB, koran Angkatan Bersenjata, Berita Yudha dan Majalah Darmasena PAB dan Angkatan bersenjata kala itu bernaung di bawah Puspen TNI. Tapi seiring dengan kebijakan TNI tidak lagi berpolitik, maka semua koran yang menjadi media counter TNI dihentikan kegiatannya.
Kondisi inilah yang membuat PAB tak lagi bernaung di Puspen TNI. PAB pun melepaskan diri, kemudian membentuk lembaga berupa PT. yang akhirnya bernama PT. Pers Andalan Bangsa
Sejak menjadi PT dan dikelolah oleh tenaga-tenaga profesional, mulai lahir sejumlah produk, diantaranya koran PAB Indonesia, Website PAB-Online dan PAN Asia Bulletin. Kedepan kami akan melebarkan sayap di bidang media elektronik, baik Radio, maupun televisi.