Kepri Rindu Pemimpin yang Mumpuni

Kepri Rindu Pemimpin yang Mumpuni

Sebagai provinsi yang langsung berbatasan dengan Singapura dan Malaysia, pembangunan di wilayah Kepulauan Riau (Kepri) memang masih jauh tertinggal dibandingkan kedua negara tetangga itu.

Sejak memisahkan diri dari provinsi induknya di Riau, Kepri yang sudah menginjak usia 17 tahun memang belum maju. Padahal, seingat penulis, pemerintah pusat sejak dulu telah mengupayakan pembangunan daerah Kepri seperti pembentukan Badan Otorita Batam, tapi realisasinya, tetap belum menggembirakan.

Untuk itu, masih banyak sektor yang harus dibenahi di Kepri. Terutama soal peningkatan sumber daya manusia. Ini menjadi penting guna mendorong pembangunan daerah dan menghadapi persaingan Masyarakat Ekonomi ASEAN.

Selain membutuhkan pembangunan infrastruktur yang masif, Kepri juga memerlukan pembangunan sumber daya manusia yang handal dan berdaya saing tinggi.

Hal ini sangat diperlukan bukan saja demi pembangunan di Kepri, namun juga untuk mampu bersaing dengan seluruh negara di ASEAN dalam Masyarakat Ekonomi ASEAN.

Tak berlebihan pula, jika rakyat Kepri kini tengah merindukan sosok pemimpin yang mumpuni. Penulis dan rakyat Kepri pun sependapat bahwa seorang pemimpin yang sukses, bukanlah pada intelektualitas dan gelar yang berderet di depan maupun di belakang namanya. Tapi, mereka juga kesuksesannya dengan membangun keluasan mengelola emosi dan spiritualnya.

Jika melihat sejarah terbentuknya provinsi Kepri, pembentukan Provinsi ini merupakan keinginan seluruh masyarakat Kepri, yang tujuan akhirnya tak sekedar soal supaya rentang kendali pemerintahan lebih pendek dan mudah di jangkau, tapi goal akhirnya adalah ingin mensejahterakan masyarakat Kepri hingga ke pelosok terpencil.

Faktanya, kini jumlah penduduk miskin di Provinsi Kepulauan Riau pada 2019 malah bertambah menjadi 3.100 orang. Padahal, jumlah penduduk Kepri hanya sekitar 2,14 juta jiwa.

Hebatnya lagi, jumlah pengangguran di Kepri mencapai 6,91 persen, sekaligus menempatkan Kepri sebagai daerah dengan angka pengangguran tertinggi keempat di Indonesia, setelah Banten, Jawa Barat, Maluku.

Kalau dilihat dari Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD), sepertinya memang terbaca dan terdengan indah serta menakjubkan, namun hasilnya belum dapat dirasakan oleh rakyat Kepri secara menyeluruh.

Tengoklah rancangan di bidang infrastruktur, perhubungan, kelautan dan perikanan, pendidikan, kesehatan, pariwisata, pengentasan kemiskinan, dan lingkungan hidup, kedengarannya semua indah-indah.

Tapi sejak tiga kali berganti pucuk pimpinan, Kepri tetap belum mampu memperlihatkan kepiawaiannya. Jangankan menyaingi, mengimbangi kedua negara tetangganya saja belum bisa.

Rakyat Kepri pun mulai tak lagi empaty, lebih-lebih dua pucuk pimpinan di Kepri pernah tersandung kasus hukum. Krisis kepercayaan pun muncul.

Sekarang ini, rakyat Kepri sering berceloteh tentang krisis kepemimpinan. Tak cuma terkait dengan kaderisasi kepemimpinan, tetapi juga karakter kepemimpinan.

Pertanyaannya, mengapa pemimpin di tanah melayu ini acapkali diragukan integritasnya meski kita tentu saja tak bisa melakukan generalisasi.

Tapi kita harus optimis, kalau di tengah adanya pemimpin-pemimpin yang dinilai buruk, di tanah Melayu ini masih ada pemimpin-pemimpin yang terpuji.

Pertanyaan pun muncul, siapa yang dinilai layak menjadi pemimpin di Kepri pada Pilada 2020 mendatang? Sekarang ini sudah muncul sedikitnya ada tiga nama yang mengaku bakal maju jadi calon pemimpin di Kepri 2020 nanti. Yakni Huzrin Hood, Ismeth Abdullah dan Soerya.

Nama Huzrin Hood, memang tak asing di telinga, tokoh yang dikenal sebagai Datok ini adalah mantan Bupati Kepulauan Riau, sekaligus penggagas terbentuknya Provinsi Kepulauan Riau. Kemudian Ismeth Abdullah, mantan ketua Otorita Batan ini pernah menjadi Gubernur Kepri pertama, selanjutnya jabatan Ismeth diteruskan oleh wakilnya (Alm) M Sani, karena Ismeth tersandung kasus hukum. Kemudian Soeryo, tokoh PDIP Kepri ini, adalah mantan Wakil Gubernur era (Alm) M.Sani.

Ketiga tokoh ini mengaku ingin membangun Kepri lebih baik dengan visi misi mereka masing-masing. Asal demi Kepri yang maju dan sejahtera, tentu kita patut mengapresiasi mereka maju di Pilkada 2020.

Yang penting, bagi kita semua adalah, menjadi pemimpin harus di Kepri mampu membawa masyarakatnya pada kehidupan yang baik, adil, sejahtera, dan senantiasa dalam limpahan berkah Ilahi.

Mungkin adakalanya pemimpin itu lupa dengan tanggung jawabnya. Kekuasaan acapkali melenakan, sehingga lalai mengurusi masyarakatnya. Maka, sesungguhnya pemimpin itu harus terus-menerus melakukan evaluasi diri.

Sebagai manusia, kekurangan memang bisa dimaklumi, namun pemimpin yang baik harus senantiasa memperbaiki sikap dan perilaku kepemimpinannya. Pemimpin yang rendah hati pun harus menerima teguran dan kritik masyarakat agar lebih bisa mengaca diri untuk melakukan perbaikan.

Di sisi lain, tak salah apabila kita juga dituntut memotivasi, memberikan inspirasi, dan membangun spirit kepada pemimpin agar bekerja secara baik dan bertanggung jawab. Yang namanya manusia itu mudah lupa, maka kita mengingatkan pemimpin untuk memegang teguh janji setianya sebagai pemimpin untuk membangun kemaslahatan kehidupan masyarakat.

Rakyat Kepri tentu akan menuntut pemimpinnya agar bisa mensejahterakan rakyatnya. Tuntutan ini wajar, karena Kepri memang kaya akan sumber daya alam.

Jangan pernah pndang sebelah mata sumber daya alam di Kepri, provinsi ke-32 yang terbentuk berdasarkan Undang-undang Nomor 25 tahun 2002 ini, merupakan daerah penghasil gas alam terbesar urutan ke-4 di Indonesia.

Proses penambangan dan pengolahan gas alam dilakukan oleh PT Perusahaan Gas Negara, atau yang lebih dikenal sebagai PGN.

Gas alam memang menjadi salah satu sektor industri terpenting di Kepri, mengingat kekayaan gas alam provinsi ini sangat melimpah. Salah satu wilayah di Kepulauan Riau yang menjadi salah satu sumber gas alam terbesar adalah Kabupaten Natuna.

Kabupaten yang terdiri dari beberapa pulau di tengah Laut Cina Selatan ini menyimpan sekitar 222 trilyun kubik cadangan gas alam. Selain di Kabupaten Natuna, sumber gas alam yang melimpah juga bisa ditemukan di Kabupaten Anambas.

Selain Gas Alam, Kepri juga populer sebagai lokasi penambangan terbaik yang salah satu akhirnya yaitu bauksit atau yang lebih dikenal dengan nama bijih alumunium. Bahan alam ini banyak ditemukan di Pulau Bintan dan Pulau Bulan.
Hebatnya lagi, Kepri juga termasuk penyumbang lifting minyak terbesar yang diproduksi di Blok South Natuna Sea 'B' di perairan Natuna Barat. Tambang ini Dioperasikan oleh ConocoPhilips Indonesia Inc. Produksinya mencapai 19.800 bph.
    
Di bidang gas, kepri juga penyumbang lifting gas terbesar yang operasinya di daerah Blok South Natuna Sea 'B' di perairan Natuna Barat. Tambang ini di kelolah oleh ConocoPhilips Indonesia Inc. Produksinya 40.300 boepd.

Kemudian di Block A di perairan Natuna Barat, Provinsi Kepulauan Riau. Dioperasikan oleh Premiere Oil Ltd. Produksinya 40.300 boepd.

Dengan hasil alamnya yang berlimpah itu, rakyat Kepri merindukan sosok pemimpin yang mumpuni. Rakyat Kepri butuh pemimpin yang dapat mengolah dan mengelola semua kekayaan di Kepri untuk kepentingan dan kesejahteraan seluruh rakyat.(karno raditya)

 

 

 

Berita Lainnya

Index