Saatnya Indonesia Bangun Kekuatan Militer oleh: Karno Raditya

Saatnya Indonesia Bangun Kekuatan Militer oleh: Karno Raditya
Kapal Perang Legendaris Indonesia

 

Saatnya Indonesia Bangun Kekuatan Militer
oleh: Karno Raditya

Parcaya atau tidak, posisi strategis Indonesia sekarang ini telah dimanfaatkan oleh negara lain dalam berbagai macam bentuknya.

Sadarlah ! Indonesia kini telah dijadikan konsumen dalam perdagangan bagi produk-produk negara lain, sehingga Indonesia hanya dijadikan sebagai pasar. Dalam konteks geostrategis, hal tersebut tentunya menjadi suatu bentuk ancaman yang dapat mengancam eksistensi Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

Kita juga harus sadar, betapa dunia saat ini telah berada dalam sebuah penyatuan, proses penyatuan tersebut dilakukan secara serentak, yang dikenal dengan nama globalisasi.

Merujuk pada pengertian globalisasi, yang dapat diartikan sebagai suatu proses yang menghasilkan dunia tunggal, maka masyarakat di seluruh dunia, menjadi saling tergantung satu dengan yang lainnya di semua aspek kehidupan politik, ekonomi, dan budaya.

Dengan demikian, dapat dipahami bahwa sesungguhnya globalisasi sebagai sebuah proses, yang akan menjadikan dunia dalam satu area yang dapat dikendalikan melalui satu kekuatan global. Berhubungan dengan hal ini, negara-negara yang mempunyai kekuatan besar yang akan mengendalikan proses tersebut.

Jadi tak bisa dipungkiri lagi bahwa suatu negara yang kuat, biasanya juga didorong oleh kekuatan militer yang besar. Hal ini dikarenakan kekuatan militer dapat menentukan sistem pertahanan negara itu dari ancaman yang bisa saja datang.

Alasan inilah yang harus kita pahami dan sadari bersama. Kita harus ingat tentang pentingnya membangun kekuatan pertahanan negara atas cara pandang geopolitik. Dalam cara pandang geopolitik ini, keseluruhan aspek terkait dengan doktrin, strategi, postur pertahanan tidak bisa melepaskan diri dari kondisi geografis, sejarah, iklim, dan kultur bangsa Indonesia. Geopolitik ini penting untuk melihat perubahan global.

Cukup beralasan jika kita semua perlu mengingatkan agar TNI-Polri senantiasa waspada dan siap menghadapi berbagai situasi geopolitik global.

Pengembangan kekuatan militer Indonesia yang kita harapkan, tentu dengan perhitungan yang tepat, akurat, dan efisien, supaya menempatkan kita di antara kekuatan yang disegani di dunia.  Faktanya, banyak prestasi yang telah diraih, yang membuktikan bahwa militer Indonesia tidak kalah jika dibandingkan dengan kekuatan asing.

Setidaknya, Indonesia telah menduduki peringkat 3 dunia dalam hal kekuatan pasukan elit dunia berdasarkan penilaian Dicovery Channel Military, bersaing dengan Super Air Force dari Inggris, menjadi penyumbang pasukan yang signifikan dalam misi perdamaian PBB di Kongo, mendapat penghargaan the best fair play dalam Olimpiade Militer Dunia, keberhasilan mengibarkan bendera merah putih di Puncak Everest, membuktikan ketangguhan dalam menembak dengan menjadi Juara Umum BISAM 2015, Juara Umum AASAM 2014, dan Juara Umum AARM 2013.

Tak berlebihan juga, jika kita ikut mendukung kekuatan Alat Utama Sistem Pertahanan (Alutsista) TNI, agar tidak ketinggalan dengan negara-negara lainnya.

Coba kita ingat, pada periode 1960-an, Indonesia pernah memiliki sebuah kapal perang terbesar di Asia dan belahan bumi bagian selatan. Kapal itu diberi nama KRI Irian, dibeli dari Rusia tahun 1962.

KRI Irian sebelumnya bernama Ordzhonikidze atau Object 055. Nama kapal diambil dari nama Menteri Industri Berat era Stalin, Grigory 'Sergo' Ordzhonikidze. Kapal ini dibuat di Admiralty Yard, Leningrad. Peletakan lunas pertama dilakukan tanggal 9 Oktober 1949, diluncurkan tanggal 17 September 1950, dan pertama kali dioperasikan tanggal 30 Juni 1952 oleh Armada Baltik Uni Soviet.

Ordzhonikidze merupakan sebuah kapal penjelajah kelas Sverdlov (Project 68-bis). Panjangnya 210 meter dengan lebar 22 m. Bobot kapal mencapai 13.600 ton. Kapal ini termasuk salah satu yang tercanggih pada masanya.

Senjata utama dari KRI Irian adalah 4 buah turret/kubah, dimana setiap turret berisi 3 meriam kaliber 6 inchi. Sehingga total ada 12 meriam kaliber 6 inchi di geladaknya.

Selain itu, kapal dilengkapi 10 tabung torpedo antikapal selam kaliber 533 mm. 12 Kanon tipe 57 cal. B-38 kaliber 15.2 cm (6 di depan, 6 di belakang). 12 Buah kanon ganda tipe 56 cal. Model 1934 6 (twin) SM-5-1 kaliber 10 cm. Selain itu 32 buah kanon multi fungsi kaliber 3,7 cm dan 4 buah triple gun Mk5-bis kaliber 20 mm (untuk keperluan antiserangan udara).

Indonesia membeli kapal ini saat persiapan Tri Komando Rakyat (Trikora) untuk merebut Irian Barat. Sebelumnya Rusia tidak pernah menjual kapal seberat dan sebesar ini. Terlihat bagaimana saat itu Rusia begitu mengistimewakan Indonesia.

Kita juga pernah punya armada udara yang menjadi salah satu yang terkuat di dunia. Perinciaannya bisa bikin negara jiran bergetar. Salah satu kekuatan Angkatan Udara kita kala itu adalah  20 pesawat pemburu MiG-21 Fishbed. MiG-21F Fishbed, sebutan NATO adalah jet tempur penghadang (intercept) paling ditakuti Barat kala itu. Soviet menyebutnya sebagai Balalaika, alat musik tradisional Rusia.

MIG 21 dibuat oleh pabrikan Mikoyan Gurevich. DiciptakaIndonesia termasuk di antara 30 negara yang pernah mengoperasikan MIG-21. Soviet membuat pesawat ini untuk memenuhi permintaan angkatan udara Soviet akan sebuah pesawat tempur pencegat (interceptor) yang mampu terbang supersonic. Kini, pesawat itu bisa dilihat pada monumen di depan Museum Satria Mandala Jakarta.

Selain MiG-21, Angkatan Udara kita juga tercatat memiliki 30 pesawat MiG-15, 49 pesawat tempur high subsonic MiG-17 dan 10 pesawat supersonic MiG-19.

Indonesia juga memiliki 25 pembom jarak jauh strategis Tu-16 Tupolev. Pada masa itu hanya Amerika Serikat, Rusia, dan Inggris yang punya pesawat pembom secanggih yang dimiliki Indonesia. Pesawat ini juga dilengkapi dengan peralatan elektronik tercanggih pada masanya dan rudal khusus anti kapal perang AS-1 Kennel yang bisa menenggelamkan kapal temput Barat. Semua unit Tu-16 tidak diterbangkan lagi pada tahun 1969 dan keluar dari armada Angkatan Udara pada tahun 1970.

Dirancang untuk menjadi serba bisa, Tu-16 diproduksi dalam berbagai varian untuk mata-mata, patroli maritim, pengumpul data elektronik intelijen, dan perang elektronik. Sebanyak 1507 pesawat dibangun di tiga pabrik pesawat di Uni Soviet antara tahun 1954 hingga tahun 1962. Varian untuk sipil, Tu-104 Camel, menjadi pesawat penumpang untuk maskapai penerbangan Uni Soviet, Aeroflot.

Pada era 1960-an, TNI-AU juga memiliki jenis helikopter raksasa, Mi-6. Mi-6 adalah helikopter buatan Rusia yang diproduksi oleh biro Mil yang dipimpin oleh Mikhail L Mil. Keluar pertama kali pada September 1957 dan merupakan helikopter yang terbesar di dunia, dan memecahkan berbagai rekor dunia. Rekor terbesar disandang sampai muncul penggantinya pada awal 1980-an, Mil Mi-26 Halo.

Salah satu sosok pahlawan yang dekat dengan Mi-6 adalah Atang Sendjaja. Dia terlibat dalam penyiapan perakitan berbagai pesawat helikopter termasuk helikopter Mi-6. Ketika bertugas merakit pesawat Mi-6 tersebut malapetaka datang kepada pemuda Bandung itu yang mengakibatkan gugurnya Atang Sendjaja. Namanya diabadikan sebagai nama lapangan udara menggantikan Lanud Semplak. Saat itu, AURI juga memiliki 41 helikopter MI-4, pesawat pengangkut termasuk Antonov An-12 B.

Dimasa itu, Indonesia sangat disegani dunia, karena juga memiliki kapal selam sekelas Whiskey. Ini adalah kapal selam militer buatan Uni Soviet yang dibuat pada era Perang Dingin. Desain dari kapal ini sebenarnya adalah versi sederhana dari kapal selam Jerman U-boat Tipe XXI pada masa Perang Dunia II, walaupun kapal selam ini tergolong jenis yang berbeda sejak bisa menembakkan peluru kendali.

Pada masa operasi Trikora, Indonesia sebenarnya memesan hanya enam kapal selam tetapi bertambah menjadi 12 kapal selam. Kapal ini disiapkan untuk menghadapi Kapal Induk Karel Doorman milik Belanda yang menuju ke perairan Irian barat. Konon, karena saat itu minim sumber daya militer, maka yang mengoperasikan kapal selam Whiskey tersebut adalah prajurit Soviet.

Wajar saja ketika itu Indonesia dijuluki sebagai ’Macan Asia’. Tidak saja di bidang militer, Indonesia juga menjadi yang terkuat dan terdepan di segala bidang. Macan Asia seakan menjadi mitos globalisasi bagi negara yang berkuasa atas sektor ekonomi serta pertahanan keamanan negara.

Pasti kita merindukan auman macan tersebut, sehingga tidak sekedar menjadi macan tidur. Mari kita bangunkan Macanketika julukan Macan Tertidur sudah melekat, maka tidak ada salahnya untuk kembali membangunkan auman-nya.

Kerinduan atas aumannya itulah, yang patut kita apresiasi ketika Menhan Prabowo Subianto, berobsesi mengembalikan kejayaan militer Indonesia di tingkat dunia, khususnya kawasan Asia Pasifik.

Obsesi Prabowo menjadikan Indonesia sebagai negara yang kuat, ekonomi, sosial, budaya, politik dan Hankam.
Kita perlu merefleksikan semangat kebangkitan Indonesia untuk memperbaiki kekuatan pertahanan kita.

Untuk mencapai obsesi itu, setidaknya ada 3 hal yang perlu kita tingkatkan, yaitu SDM, alutsista, dan anggaran. Sementara dari sisi personil, kita tergolong mumpuni dengan jumlah personil TNI sekitar 400.000 dan memiliki kemampuan tempur cukup baik.

Kita juga memiliki sejumlah pasukan elit khusus di masing-masing matra seperti Kopassus dan Raider di AD, Paskhas dan Denbravo (Detasemen Bravo) 90 di AU, Kopaska (Komando Pasukan Katak), Yontaifib (Batalyon Intai Amfibi) dan Denjaka (Detasemen Jala Mangkara) di AL.

Jika menyimak rangking militer dunia 2023, yang Global Firepower (GFP). Pada tahun ini, posisi Indonesia berada di peringkat 13. Artinya posisi Indonesia belum bisa masuk dalam 10 besar dunia. Semoga saja jika obsesi Menhan Prabowo Subianto mendapat dukungan semua pihak, Indonesia bisa masuk urutan lima besar dunia.

Mari kita dukung apa yang menjadi keputusan Prabowo dalam upaya memperkuat Alutsista TNI, supaya kejayaan sebagai macan Asia yang tertidur itu bisa bangun kembali.

Pelan namun pasti, Menhan Prabowo Subianto punya strategi untuk membuat efek jera alias takut negara lain. Faktanya, Prabowo sudah memborong  Alutsista seperti senjata dan kapal perang canggih.

Jangan persoalkan puluhan triliun yang harus dikeluarkan, agar militer Indonesia ditakuti lawan. Sebab, investasi pertahanan ini untuk memberikan keuntungan bagi masyarakat Indonesia dan keutuhan NKRI, serta menjamin keberlangsungan pembangunan nasional.

Pemenuhan kebutuhan TNI, dalam membangun sistem pertahanan dan keamanan negara yang handal, untuk dapat menangkal semua ancaman baik dari dalam maupun dari luar negeri, dilakukan dengan melaksanakan modernisasi alutsista melalui peningkatan kemampuan Alutsista yang sudah ada, serta penggantian Alutsista yang sudah tua (tidak efektif dan efisien lagi dalam penggunaan) dan menambah kuantitas alutsista tersebut sesuai pergelarannya di seluruh wilayah Indonesia.

Berbagai alustsista yang diborong Kemhan dalam rangka memperkuat militer RI, yaitu: Pesawat C-130 J Super Hercules disambut dengan water salute di Pangkalan TNI AU Halim Perdanakusuma di Jakarta. Berikut rinciannya:

1. Pengadaan alat-alat utama Matra Darat
- Harwat/Overhaul/Upgrade Bell 412
- Rampur Badak Kanon 90mm
- Ran Komando Jabatan Gol V (maung)
- Rampur Anoa (basic)
- Kendaraan satuan operasional: SPM 150 cc, SPM listrik, Rantis 4x4

2. Pengadaan alat-alat utama Matra Laut
- Kapal Offshore Patrol Vessel
- Frigate
- Kapal (KCR) 60
- Refurbishment 41 KRI
- Submarine Rescue Vehicle system
- Kapal Full Combat Mission
- Pesud Fix Wing Angkut atau Cargo sedang.

3. Pengadaan alat-alat utama Matra Udara
- Pesawat Rafale dan dukungannya
- Pesawat A-400M dan dukungannya
- Pesawat Angkut Berat (pesawat C-130J-30 Super Hercules)
- Modernisasi pesawat C-130H/HS
- (A) MRCA / Mirage 2000 (beserta dukungannya)
- Pesawat lift dan dukungannya

Dengan pengadaan Alutsista tersebut, diharapkan obsesi menjadikan Indonesia sebagai kekuatan militer dunia kelima dapat tercapai, seiring dengan obsesi Indonesia akan akan masuk dalam kekuatan ekonomi nomor tiga setelah Amerika dan China.

Dalam hal kekuatan militer, sampai 2023 ini, Indonesia masih berada di posisi ke 13 dunia berdasarkan GFP. 
Sementara Amerika tetap berada di urutan pertama, disusul Rusia dan China. Berikut rangking 100 negara militer terkuat dunia berdasarkan GFP.

1 Amerika Serikat 0,0712
2 Rusia 0,0714
3 China 0.0722
4 India 0,0125
5 Inggris 0,1435
6 Korea Selatan 0,1505
7 Pakistan 0,1694
8 Jepang 0,1711
9 Prancis 0,1848
10 Italia 0,1973
11 Turki 0,2016
12 Brazil 0,2151
13 Indonesia 0,2221
14 Mesir 0,2224
15 Ukraina 0,2516
16 Australia 0,2567
17 Iran 0,2712
18 Israel 0,2757
19 Vietnam 0,2855
20 Polandia 0,3406
21 Spanyol 0,5356
22 Arab Saudi 0,3626
23 Taiwan 0.3639
24 Thailand 0,3738
25 Jerman 0,3881
26 Algeria 0,3911
27 Kanada 0,3956
28 Argentina 0,4243
29 Singapura 0,4613
30 Yunani 0,4621
31 Meksiko 0,4687
32 Filipina 0,4811
33 Afrika Selatan 0,4885
34 Korea Utara 0,5118
35 Norwegia 0,5289
36 Nigeria 0,5587
37 Swedia 0,5679
38 Myanmar 0,5768
39 Belanda 0,5801
40 Bangladesh 0,5871
41 Portugal 0,6116
42 Malaysia 0,6189
43 Columbia 0,7011
44 Swiss 0,7191
45 Irak 0,7365
46 Chili 0,7712
47 Romania 0,7735
48 Ceko 0,7849
49 Ethiopia 0.7979
50 Denmark 0,8011
51 Finlandia 0,8099
52 Venezuela 0,8228
53 Peru 0,8466
54 Hungaria 0,8643
55 Angola 0,8732
56 Uni Emirat Arab 0,8978
57 Azerbaijen 0,9391
58 Serbia 0,9571
59 Bulgaria 0,9757
60 Belarus 1,0485
61 Maroko 1,0524
62 Uzbekiztan 1,0692
63 Kazakstan 1,0873
64 Sirya 1,1095
65 Qatar 1,1296
66 Cuba 1,1523
67 Slovakia 1,1789
68 Belgia 1,1836
69 Kroasia 1,2141
70 Equador 1,2181
71 Sri Langka 1,2478
72 Kongo 1,3055
73 Tunisia 1,3243
74 Yaman 1,3985
75 Sudan 1,4079
76 Oman 1,4081
77 Bolivia 1,4339
78 Quwait 1,4441
79 Bahrain 1,4511
80 Libya 1,4718
81 Yordania 1,5098
82 Turkmeniztan 1,5986
83 Uganda 1,6264
84 Austria 1,6543
85 Georgia 1,7181
86 Slovenia 1,7261
87 Kenya 1,7701
88 Paraguay 1,7863
89 Zambia 1,7896
90 Irlandia 1,8161
91 Albania 1,8466
92 Honduras 1,8851
93 Lituania 1,9026
94 Armenia 1,9137
95 Latvia 1,9161
96 Uruguay 1,9269
97 Chad 1,9751
98 Zimbabwe 1,9787
99 Mongolia 2,0263
100 Kamerun 2,0296

 

Berita Lainnya

Index