Penulis berpendapat, kekacauan sistem pemerintahan di Indonesia, disebabkan ketidaktegasan pemimpin dalam menindak jajarannya. Pemerintah dianggap terlalu berat pada kepentingan golongannya, sehingga sangat sulit memecahkan permasalahan yang sejatinya berdampak pada kepentingan halayak.
Coba kita bandingkan era kepemimpinan presiden Soeharto di mana Indonesia amat disegani dunia internasional kala itu. Waktu kita di zaman Soeharto, mana berani bangsa asing, apalagi sekelas Malaysia dan Australia mengobok-obok negeri ini. Hal itu karena, Soeharto sedikit bicara tapi banyak bekerja. Dikarenakan Soeharto seorang jenderal yang tegas dan berani untuk menjaga keutuhan NKRI.
Untuk itu, penulis berpendapat bahwa kedepannya, pemimpin bangsa ini harus dapat mengadopsi ketegasan ala Pak Harto dalam memimpin negara, demi mengembalikan wibawa Indonesia di mata dunia internasional.
Negeri yang kuat itu karena pemimpinnya juga kuat. Yang memiliki karakter pemimpin yang tidak bisa ditakut-takuti atau diancam. Seperti halnya Soeharto yang mampu meredam gejolak di dalam maupun di dalam negeri.
Tapi ketegasan juga harus diimbangi dengan pengalaman. Pasalnya, jika kita memakai perspektif teori kepemimpinan, ada faktor pemimpin (leader), faktor pengikut atau masyarakat (follower), dan situasi yang melingkupi masyarakat (situation). Seorang leader akan sangat menentukan bagaimana kehidupan follower, dalam hal ini masyarakat.
Dalam konteks Indonesia, masyarakatnya bersifat majemuk dengan segala aspek kehidupannya. Pada titik itu, Indonesia membutuhkan seorang pemimpin yang benar-benar sudah berpengalaman dalam hal tata kelola pemerintahan. Artinya dia sudah terbiasa menghadapi heterogenitas permasalahan yang dihadapi birokrasi dan masyarakat.
Heterogenitas masyarakat itu lah yang membutuhkan pemimpin berpengalaman. Bukan hanya seorang leader yang tegas, tapi juga jelas kualitas pengalamannya. Karena itu, pada Pilpres 2019 mendatang, Bangsa ini membutuhkan figur pemimpin yang tegas, cepat dalam mengambil keputusan, dan merakyat.
Memang susah mencari figur-figur yang seperti ini. Karena itu, penulis berpesan rakyat Indonesia jangan salah memilih, karena bangsa ini membutuhkan pemimpin yang tegas, berani mengambil risiko, cepat dalam mengambil keputusan, dan mau melindungi rakyatnya.
Track record (rekam jejaknya) harus menjadi pertimbangan untuk menentukan seorang pemimpin. Bukan hanya karena popularitas. Kalau calon pemimpin tersebut verasal dari seorang akademisi, maka calon tersebut harus mempunyai prestasi yang bagus dalam memimpin perguruan tinggi serta memiliki kemampuan-kemampuan yang bagus dalam memajukan institusi sehingga berdampak pada kesejahteraan masyarakat.
Jika orang itu berlatar belakang militer, dia harus memiliki karier yang bagus, dekat dengan masyarakat, dan punya kepedulian yang tinggi. Kemudian kalau dia seorang politisi, karier politiknya juga harus jelas, bukan orang yang 'kutu loncat', punya integritas yang tinggi.
Jika melihat kondisi yang ada, baru muncul tiga nama yang digadang-gadang cocok mempin negeri ini. Pertama adalah incumben Joko Widodo, kedua Prabowo Subianto dan ketiga Gatot Nurmantio, yang disebut-sebut sebagai "kuda hitam".
Lantas seperti apa rekam jejak ketiga nama tersebut, berikut penulis menelusurinya dari berbagai sumber.
Joko Widodo:
Perjalanan orang Solo ini berakhir manis. Dimulai sebagai pengusaha mebel, ia terjun ke dunia politik. Konsep blusukan dengan turun ke lapangan, mengantarkannya menjadi walikota, gubernur, hingga presiden. Jokowi dilantik menjadi Presiden RI ke-7 pada usai 53 tahun.
"Demi Allah, saya bersumpah akan memenuhi kewajiban Presiden Republik Indonesia dengan sebaik-baiknya dan seadil-adilnya, memegang teguh Undang-Undang Dasar dan menjalankan segala undang-undang dan peraturannya dengan selurus-lurusnya serta berbakti kepada Nusa dan Bangsa." Itulah ucapan Joko Widodo di Sidang Paripurna MPR, Gedung MPR, Senayan, Senin, 20 Oktober 2014.
Joko Widodo lebih dikenal dengan sebutan Jokowi. Ia lahir di Surakarta, Jawa Tengah, 21 Juni 1961, dari pasangan Noto Mihardjo dan Sujiatmi Notomiharjo. Jokowi adalah anak pertama dari empat bersaudara. Ketiga adiknya perempuan semua; Iit Sriyantini, Ida Yati, dan Titik Relawati.
Jokowi dibesarkan dari keluarga sederhana. Bahkan dia mengalami beberapa kali pindah rumah karena digusur tempat tinggalnya. Sejak kecil Jokowi tidak mau menyusahkan orang tuannya. Ia tidak malu membantu orang tuanya dengan cara menjadi pengojek payung hujan, kuli panggul, dan jualan aneka barang.
Hasil dari kerjaanya itu, ia gunakan untuk biaya sekolah. Jokowi juga tidak mau ikut-ikutan temannya kalau ke sekolah bersepeda. Dia memilih jalan kaki ketimbang minta dibelikan sepeda oleh orang tuanya.
Bahkan saat umur 12 tahun, ia ikut bekerja di perusahaan kayu sebagai pengergaji kayu. Dia bisa mengerjakan itu karena keahlian orang tuanya sebagai tukang kayu. Jokowi menghabiskan pendikan dasar hingga sekolah menangah di Solo, sementara kuliahnya di Universitas Gadjah Mada (UGM), Yogyakarta.
Dari kuliahnya ini tidak ada prestasi yang menonjol, namun soal kujujuran Jokowi juaranya. Dia termasuk orang yang tidak mau mencontek. Pada tahun 1985, Jokowi lulus kuliah dalam usia 24 tahun. Tidak lama setelah menyandang gelar insinyur, usia 25 tahun, Jokowi menikahi Iriana di Solo. Dari pernikahannya, Jokowi dikarunia 3 orang anak, yaitu Gibran Rakabuming Raka, Kahiyang Ayu, dan Kaesang Pangarep.
Untuk hidup mandiri, Jokowi mencari pekerjaan. Dia merantau ke Aceh. Di sana, dia bekerja di salah satu BUMN, PT Kertas Kraft Aceh. Di perusahaan ini, Jokowi ditempatkan di area Hutan Pinus Merkusii, Aceh Tengah.
Bekerja di tanah rencong tidak bertahan lama, hanya 2 tahun. Ia tidak betah dan memilih kembali ke Solo untuk mendampingi istrinya yang sedang mengandung tujuh bulan. Sambil menunggu istri, dia sempat bekerja di tempat pamannya, bergerak di bidang perkayuan.
Tak lama di tempat pamannya, Jokowi keluar karena ingin mandiri. Pada usia 27 tahun, Jokowi mendirikan usaha sendiri dengan nama CV Rakabu, nama ini diambil dari nama anak pertamanya, Gibran Rakabuming Raka.
Tiga tahun dia menjalani bisnis tidak berjalan mulus. Jatuh bangun mengiringinya. Dapat pinjaman modal Rp30 juta dari ibunya, Jokowi bangkit lagi. Ia pasarkan mebelnya melalui pameran-pameran.
Bisnisnya mulai bangkit, ia keliling Eropa, Amerika, dan Timur Tengah. Alhasil, Jokowi sukses menjadi pengusaha eksport mebel.
Berbekal pengalamannya dalam mengelola bisnis mebel, Jokowi berani terjun ke dunia politik. Tidak tangung-tangung, Jokowi mencalonkan untuk memimpin kota kelahirannya. Ia sukses. Pada usia 44 tahun, Jokowi memimpin Kota Solo periode 2005-2010.
Untuk periode kedua 2010-2015, ia terpilih lagi. Baru dua tahun memimpin Kota Solo pada periode keduanya, Jokowi diminta PDI Perjuangan kembali untuk bertarung di pemilihan gubernur (Pilgub) DKI Jakarta.
Konsep "blusukan"-nya saat bekerja mengantarkan Jokowi menang kembali. Jokowi pada usia 51 tahun memimpin Gubernur DKI Jakarta untuk periode 2012-2017.
Kesuksesan Jokowi berlanjut. Lagi-lagi baru menjalankan tugas gubernur 2 tahun, Jokowi dicalonkan PDI Perjuangan untuk bertarung pada pemilu presiden 2014. Terbukti, ia kembali sukses. Joko Widodo pun dinobatkan sebagai presiden RI ke-7 saat usianya menginjak 53 tahun.
BIODATA
Nama Lengkap : Ir. H. Joko Widodo
Nama Panggilan : Jokowi
Agama : Islam
Tempat, Tanggal Lahir : Surakarta, 21 Juni 1961
Jabatan : Presiden RI, 2014-2019
KELUARGA
Istri : Iriana
Anak : Gibran Rakabuming Raka
: Kahiyang Ayu
: Kaesang Pangarep
PENDIDIKAN
SDN 111 Tirtoyoso Solo
SMP Negeri 1 Surakarta
SMA Negeri 6 Surakarta
S1, Jurusan Teknologi Hasil Hutan, Fakultas Kehutanan, UGM, Yogyakarta,1980-198
KARIER
Pegawai PT Kertas Kraft Aceh,1986
Pengusaha Mebel,1988
Wali kota Solo, 2005-2010, 2010-2012
Gubernur DKI Jakarta, 2012-2014
Presiden Republik Indonesia, 2014-2019
PENGHARGAAN
Bintang Jasa Utama - Presiden Republik Indonesia
Piala Citra Bhakti Abdi Negara (2008-2009-2010) - Presiden Republik Indonesia
E-government - Kemkominfo
Adiupaya Puritama - Kemenpera
Best City Award - Delgosea
Pengendali inflasi - Bank Indonesia
Tata ruang kedua terbaik se-Indonesia - Kementrian PU
Top 50 Leaders dari Fortune
Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan - Kemennaker
Bung Hatta Anti Corruption Award - Meutia Hatta
Anti Gratifikasi - KPK
Program Perlindungan Anak - UNICEF Tahun 2006
Wali kota No.3 Terbaik Dunia - The City Mayors Foundation
Pencapaian target MDGs Untuk program KJP dan KJS - Bappenas
Pangripta Nusantara Utama - Bappenas
Nominasi World Mayor Tahun 2012
Prabowo Subianto:
Semangat patriotik dan militernya tak kunjung padam. Prabowo Subianto seorang jenderal yang memiliki kecerdasan di atas rata-rata jenderal lainnya. Tak hanya menguasai dunia militer, tapi juga memahami dunia pergerakan, politik, dan ekonomi. Anak begawan ekonomi Soemitro dan menantu Presiden Soeharto ini, setelah pensiun dari tentara, membangun bisnis dan partai politik.
Pria kelahiran Jakarta, 17 Oktober 1951 ini adalah anak dari pasangan Soemitro Djojohadikusumo dan Dora Marie Sigar. Ia anak ketiga dari empat bersaudara. Kedua kakaknya perempuan; Biantiningsih Miderawati dan Maryani Ekowati, dan satu adik laki-laki, Hashim Djojohadikusumo.
Prabowo menikah dengan Siti Hediati Hariyadi, anak dari Presiden Soeharto. Dari pernikahannya dikaruniai satu orang anak bernama Ragowo Didiet Hediprasetyo.
Sejak kecil Prabowo tinggal berpindah-pindah tempat di luar negeri karena mengikuti tugas orang tuanya. Dari satu negeri ke negeri lain. Begitu juga dengan pendidikan dasar hingga menengahnya selalu berganti-ganti. Ia sekolah SD di Hongkong, pindah ke Malaysia, Swiss, dan dia menamatkan sekolah menengah atasnya di American School di Inggris.
Pada usia 16 tahun, seperti disebutkan dalam situs pribadinya, Prabowo kembali ke Indonesia. Dia diperkanalkan oleh ayahnya tentang masyarakat Indonesia. Prabowo muda tidak hanya sekadar ikut pasif, tapi dia terlibat aktif dalam pertemuan-pertemuan yang digelar orang tuannya. Saat itu orangtuanya dikenal sebagai seorang begawan ekonomi dan aktivis sosialis.
Prabowo turut mendirikan lembaga swadaya masyarakat pertama di Indonesia bernama Lembaga Pembangunan. Prabowo mulai terlibat membangun jaringan sosial yang dulu pernah dibangun oleh orang tuanya, dia punya ide mengumpulkan kembali anak-anak petinggi Partai Sosial Indonesia (PSI) yang dulu orang tuanya aktif di sana.
Niat menggeloranya terhenti, pada tahun 1970. Pada usia 19 tahun tersebut, Prabowo memutuskan untuk masuk pendidikan di Akademi Militer Nasional (AMN) di Magelang, Jawa Tengah. Padahal sebelumnnya, ia sudah diterima kuliah di University of Colorado dan George Washington University, Amerika Serikat.
Prabowo lulus di AMN pada tahun 1974. Dua tahun kemudian, ia bergabung dengan Komando Pasukan Khusus (Kopassus) Angkatan Darat. Di satuan inilah yang membesarkan namanya. Ia mulai jadi komandan Peleton Para Komando Group-1. Puncaknya ia menjadi orang nomor satu di Kopassus pada tahun 1996-1998. Apalagi saat itu mertuanya Soeharto sebagai Presiden RI.
Karier militernya terus meningkat menjadi Panglima Kostrad pada tahun 1998. Dia tidak lama di Kostrad karena situasi politik nasional, maraknya demonstrasi dan lengsernya Presiden Soeharto. Pada tahun yang sama, dia digeser menjadi Komandan Sekolah Staf dan Komando ABRI. Di sini pun dia hanya menjabat sebentar.
Setelah tidak menjabat dan pensiun dari militer, Prabowo meninggalkan Indonesia dan tinggal di Yordania dan Jerman. Dia di sana menekuni bisnis bersama adiknya, Hasyim yang terlebih dulu menjadi pengusaha. Setelah sekitar 7 tahun menekuni bisnis dan hilang dari hingar bingar Indonesia, ia kembali ke tanah air dengan tampil di publik.
Pada tahun 2004, dia mencoba bertarung menjadi calon presiden melalui konvensi Partai Golkar. Belum berhasil di Golkar, dia membangun jaringan tani, ia terpilih sebagai Ketua Umum Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) 2004.
Pada tahun 2004, dia maju sebagai calon wakil presiden berpasangan dengan capres Megawati. Lagi-lagi belum berhasil. Pada 2008, dia mendirikan Partai Gerindra sekaligus sebagai Ketua Dewan Pembina. Pada Pilpres 2014, dia maju sebagai calon presiden berpasangan dengan Hatta Rajasa. Prabowo ingin Indonesia menjadi tuan di negerinya sendiri dan disegani dunia.
Sayang, pasangan ini belum berhasil menang. Tapi partainya Prabowo, meraih kenaikkan suara yang signifikan pada Pemilu 2014 dengan menjadi peringkat ketiga setelah PDIP dan Golkar.
KELUARGA
Istri : Siti Hediati Hariyadi (Berpisah)
Anak : Ragowo Didiet Hediprasetyo
PENDIDIKAN
SD (Hongkong)
Victoria Institution (Malaysia)
International School (Swiss)
American School in London, United Kingdom, 1969
AKABRI Magelang (1970-1974)
KARIER
Komandan Peleton Para Komando Group-1 Kopassandha (1976)
Komandan Kompi Para Komando Group-1 Kopassandha (1977)
Wakil Komandan Detasemen-81 Kopassus (1983-1985)
Wakil Komandan Batalyon Infanteri Lintas Udara 328 Kostrad (1985-1987)
Komandan Batalyon Infanteri Lintas Udara 328 Kostrad (1987-1991)
Kepala Staf Brigade Infanteri Lintas Udara 17/Kujang I/Kostrad (1991-1993)
Komandan Group-3/Pusat Pendidikan Pasukan Khusus (1993-1995)
Wakil Komandan Komando Pasukan Khusus (1994)
Komandan Komando Pasukan Khusus (1995-1996)
Komandan Jenderal Komando Pasukan Khusus (1996-1998)
Panglima Komando Cadangan Strategi TNI Angkatan Darat (1998)
Komandan Sekolah Staf dan Komando ABRI (1998)
Pendiri Partai Gerindra, 2008
Ketua Umum HKTI Periode 2004-2009
Ketua Umum HKTI Periode 2010-2015
Ketua Umum Pengurus Besar Ikatan Pencak Silat Indonesia (PB IPSI) Periode 2001-2011
Komisari Perusahaan Migas Karazanbasmunai di Kazakhstan
Komisaris Utama PT Tidar Kerinci Agung
Presiden CEO PT Nusantara Energy
Presiden CEO PT Jaladri Nusantara
Dewan Penasihat Organisasi Kosgoro
Ketua Yayasan Pendidikan Kebangsaan (Universitas Kebangsaan)
Pendiri Koperasi Swadesi Indonesia (KSI)
PENGHARGAAN
Satya Lencana Kesetiaan XVI
Satya Lencana Seroja Ulangan-III
Satya Lencana Raksaka Dharma
Satya Lencana Dwija Sistha
Satya Lencana Wira Karya
The First Class The Padin Medal Ops Honor dari Pemerintah Kamboja
Bintang Yudha Dharma Naraya
Gatot Nurmantyo
Gatot Nurmantyo memiliki karier cemerlang di dunia militer. Sikap disiplin dan kerja kerasnya mengantarkannya menjadi orang nomor satu di Markas Besar Tentara Nasional Indonesia (TNI). Ia menjadi Panglima TNI pada usia 55 tahun.
Pernyataanya sempat menjadi pembicaraan para elit DPR saat Gatot melontarkan ide bahwa tentara boleh kembali berpolitik. Hal ini bertolak belakang dengan undang-undang . "Ide ini bukan untuk sekarang, mungkin 10 tahun ke depan, ketika semua sudah siap," jelas Gatot Nurmantyo pada awal Oktober 2016.
Tidak ada yang tidak mungkin bagi Gatot.Ia menjadi tentara juga bukan cita-cita awalnya yang ingin menjadi arsitek. Tapi karena melihat kondisi keuangan keluarga, ia memilih menjadi tentara.
Nama pria kelahiran Tegal, Jawa Tengah, 13 Maret 1960 ini diambil oleh ayahnya dari inspirasi pahlawan kemerdekaan RI Jenderal Gatot Subroto yang namanya kini diabadikan sebagai salah satu nama jalan protokol di Ibu kota Jakarta.
Keingingan ayahnya gayung bersambut. Setelah menyelesaikan sekolah dasar dan menengah, Gatot Nurmantyo meneruskan ke sekolah militer. Pada tahun 1982, ia lulus Akademi Militer dan langsung mengabdi untuk bangsa dan negara. Ia memulai kariernya di pasukan infantri baret hijau Kostrad. Banyak tugas berat ia embannya, mulai tugas penguasaan teritorial, pasukan, dan pendidikan di lingkungan Angkatan Darat.
Kariernya terus menanjak. Gatot mulai bersinar saat ditarik dari Papua ke Jakarta. Ia menjadi Kasdivif 2/Kostrad, lalu ke Dirlat Kodiklat. Luas wawasannya akan pendidikan dan pelatihan, ia ditempatkan sebagai orang nomor satu di Akademi Militer sebagai Gubernur Akmil pada tahun 2010.
Setahun menjadi gubernur Akmil, dia angkat menjadi Pangdam Brawijaya. Ia menggantikan Mayor Jenderal TNI Suwarno. Tak sampai setahun, dia kembali ditugaskan sebagai Dankodiklat TNI AD. Kariernya terus naik, ia diangkat menjadi Pangkostrad pada tahun 2013. Ia naik jabatan menggantikan Letnan Jenderal TNI Muhammad Munir.
Lagi-lagi, Gatot Nurmantyo naik jabatan. Ia diangkat menjadi KSAD pada tahun 2014. Pada masa kepresidenan Susilo Bambang Yudhoyono, ia menjabat sebagai Kepala Staf TNI Angkatan Darat ke-30.
Di tengah masa tugasnya, presiden terpilih Joko Widodo yang sedang mengubah kabinetnya mencalonkan nama Gatot Nurmantyo sebagai Panglima Tentara Nasional Indonesia (TNI) ke-16 menggantikan Jenderal TNI Moeldoko yang akan pensiun dari dinas ketentaraannya saat itu.
Pada tanggal 8 Juli 2015, Presiden Jokowi melantik Jenderal Gatot Nurmantyo menjadi Panglima TNI. Pencapaian Jabatan tertinggi prajurit ini sebagai prestasi terbaik Gatot. "Saya akan senantiasa menjunjung tinggi sumpah prajurit," kata Gatot Nurmantyo dalam sumpah jabatannya saat pelantikan di Istana Negara.
KELUARGA
Istri : Enny Trimurti
Anak : 3 orang
PENDIDIKAN
AKMIL 1982
KARIER
Danton MO. 81 Kiban Yonif 315/Garuda
Dankipan B Yonif 320/Badak Putih
Dankipan C Yonif 310/Kidang Kancana
Kaurdal Denlatpur
ADC Pangdam III/Siliwangi
PS Kasi-2/Ops Korem 174/Anim Ti Waninggap
Danyonif 731/Kabaresi
Dandim 1707/Merauke
Dandim 1701/Jayapura
Sespri Wakasad
Danbrigif 1/PIK Jaya Sakti
Asops Kasdam Jaya
Danrindam Jaya
Danrem 061/Suryakencana (2006-2007)
Kasdivif 2/Kostrad (2007-2008)
Dirlat Kodiklatad (2008-2009)
Gubernur Akmil (2009-2010)
Pangdam V/Brawijaya (2010-2011)
Dankodiklat TNI AD (2011-2013)
Pangkostrad (2013-2014)
KSAD (2014-2015)
Panglima TNI (2015)