Paska perang dingin, hampir seluruh negara, terutama yang ikut partisipasi dalam peperangan tersebut membutuhkan energy “tambahan” untuk hidup selanjutnya. Makanya mereka (negara-negara) melakukan “perang” dengan menggunakan dan atas nama globalisasi. “Dan Indonesia adalah negara yang paling luar biasa di Ekuator.
Perang tanpa bentuk atau "proxy war" saat ini mengancam Indonesia, sehingga semua pihak harus bersatu dalam mencegah dan melawannya. Ada strategi yang dimainkan negara asing untuk menghancurkan NKRI. Indonesia menjadi incaran banyak negara, karena Indonesia kaya akan SDA (sumber daya alam)
Perang tanpa bentuk tersebut sudah terbukti, dengan kasus lepasnya Timor-Timur dari NKRI. Timor-Timur diperebutkan oleh negara lain, karena di sana ada kekayaan SDA berupa "greater sunrise" yang letaknya antara Indonesia dan Timor-Timur.
Kemungkinan adanya upaya asing menghancurkan negara, melalui pengerusakan mental generasi muda Indonesia patutlah kita waspadai. Ini terbukti dengan makin gencarnya peredaran narkoba di negara ini, yang sudah sampai ke pelosok desa, bahkan melibatkan anak-anak dan wanita. Peredaran narkoba sangat sistematis dan jaringannya sudah internasional sertaterorganisir dengan baik.
Indonesia sebagai negara kepulauan terbesar, memang memiliki kekayaan alam melimpah ruah, dan punya pejuang-pejuang tangguh, bakal tidak ada satu pun negara lain berani menginvansi Indonesia dengan perang terbuka yang tujuannya untuk menguasai Indonesia. Mendengar kehebatan Kopassus, Denjaka, dan Paskhas saja sudah terkencing dalam celana pasukan asing.
Mengalahkan tentara indonesia dengan mudah hanya 1 cara, beri mereka narkoba. Satu-satunya cara adalah merusak generasi bangsa Indonesia, terutama aparat penegak hukum melalui cara yang bisa merusak mental dan prilaku secara halus ' silent' dibuai dan dibuat bodoh. Cara paling efektif adalah melalui narkoba. Jika penegak hukum terjerat narkoba, maka rakyat bebas menggunakan, mungkin itu logikanya.
Abad 18 perekonomian China hancur, rakyat jadi pemalas, karena opium. Kehancuran china diduga kuat karena pasokan opium dari inggris melalui jalur perdagangan. Dan, china sadar, lalu bangkit sambil mengadopsi cara inggris. Bahkan, China belajar banyak dari kehancuran tersebut. Lanatas, kenapa kita tidak belajar dari pengalaman ini ?
Selama ratusan tahun, orang-orang Cina tidak berhubungan dengan kegiatan ekonomi dunia lain. Meskipun demikian, banyak pedagang Eropa sangat ingin berdagang di Cina. Wilayah Cina saat itu terkenal sebagai produsen sutera, rempah-rempah, teh, dan porselan berkualitas. Komoditi tersebut sangat populer di Eropa. Namun, pemerintah Cina di bawah Dinasti Qing hanya mengizinkan perdagangan dilaksanakan di satu pelabuhan, yakni di Guangzhou (Kanton).
Di sisi lain, pengembangan East India Company oleh Inggris berarti menjadikan candu dalam jumlah besar yang diproduksi di Bengali, India membutuhkan pasar baru. Untuk menyiasati kebijakan pemerintah Cina, pedagang Inggris mulai merencakan strategi agar Cina mau membuka perdagangan dengan mereka.
Para pedagang asing mulai menyelendupkan candu ke negara Cina, sehingga penduduk Cina terpaksa menjual barang-barang berharga mereka untuk ditukar dengan candu. Bangsa Cina sendiri sebenarnya telah mengenal candu sejak abad ke-15, namun Dinasti Qing melarang penghisapan candu pada tahun 1729, karena efeknya yang merusak.
Perdagangan candu sebelumnya dipelopori oleh bangsa India di bawah daulah Mughal, di mana perdagangan candu ilegal melalui Cina Selatan mendatangkan keuntungan besar. Ketika Inggris menguasai India, mereka melihat perdagangan candu sebagai peluang emas untuk memperbesar devisa.
Penyelundupan candu ke Cina meningkat pesat pada abad ke-18. Pada tahun 1730, 15 ton candu diselendupkan dan pada tahun 1773 mengalami peningkatan menjadi 75 ton. Candu-candu diselundupkan melalui laut dalam ribuan peti, yang masing-masing memuat sekitar 64 kilogram.
Membanjirnya candu di Cina melemahkan rakyat Cina, jumlah pencandu mengalami peningkatan. Puncaknya ketika seorang pangeran menjadi pecandu, hal ini membuka mata Kaisar Daoguang akan bahaya terlarang ini. Pelarangan candu pun kembali ditegaskan pada tahun 1799, dan pada tahun 1810 dikeluarkan lah titah pelarangan dari kaisar.
Meskipun demikian, letak pusat pemerintahan yag terlalu jauh di sebelah utara, menyebabkan kerajaan tidak sanggup mengendalikan para pedagang dan pejabat korup yang menyelundupkan candu lewat Cina Selatan. Minimnya tindakan pemerintah menyebabkan penyelundupan candu terus mengalami peningkatan. Tercatat pada tahun 1820-an, penyelundupan candu meningkat drastis mencapai 900 ton per tahun.
Untuk mengatasi kondisi memprihatinkan masyarakat, pada tahun 1838 pemerintah Cina menjatuhkan hukuman mati bagi para penyelundup candu lokal. Penyelundupan saat itu telah mencapai angka 1.400 ton.
Pada bulan Maret tahun 1839, Kaisar mengangkat pejabat bernama Lin-Zexu untuk mengatasi penyelundupan candu di Kanton dengan kekuasaan penuh. Komisioner Tinggi Cina di Goungzhou, Lin Zexu segera mendatangi gudang penyimpanan candu Inggris. Lin meminta pihak Inggris agar menyerahkan candu di tempat tersebut.
Namun, Charles Elliot, kepala perdagangan Inggris, menolak tuntutan ini. Akibatnya, Lin mengepung gudang tempat penyimpanan candu, yang di dalamnya terdapat 300 pekerja. Pengepungan berlangsung selama 40 hari, para pekerja baru menyerah setelah menderita kelaparan.
Selanjutnya, candu sebanyak 22.291 peti ditenggelamkan ke laut. Lin juga memaksa Inggris agar menanda-tangani perjanjian untuk tidak menyelundupkan candu lagi. Pada bulan Mei 1839,seluruh pejabat East India Company dipaksa meninggalkan Kanton.
Inggris menganggap tindakan pemerintah Cina sebagai penyitaan properti milik pribadi dan tidak dapat dibenarkan. Maka, Inggris mengirim kapal-kapal perang untuk mengancam pemerintah Cina dan mengepung pelabuhan.
Cina menolak membayar kompensasi, dan tetap melarang perdagangan dengan bangsa Inggris. Pada bulan November 1839, kapal perang Cina tanpa pernyataan perang ditembaki oleh kapal perang Inggris yang dikirim dari India. Akibatnya, Perang Candu I (1839-1842) antara Cina dan Inggris pun dimulai.
Kita tahu narkoba ini paling banyak datang dari China, Taiwan, Nigeria, ada juga Iran. Dari sana terlihat adanya kepentingan negara luar yang menginginkan kehancuran Indonesia.
Munculnya jaringan narkoba dalam jumlah besar yang pelakunya sebagian besar berasal dari Cina Daratan, sepatutnya mendapat perhatian serius dari aparat pertahanan dan keamanan negara. Soalnya disinyalir mereka mempunyai agenda untuk menghancurkan bangsa ini melalui barang haram itu.
Dalam catatan penulis, saat ini penggunaan narkoba di Indonesia sangat luar biasa. Perang candu berupa narkoba sudah melanda Indonesia. “Tujuannya agar kita menjadi generasi oon (bloon/ bodoh) yang mudah ditipu.
Keberadaan narkoba di Indonesia, tak lepas dari potensi pasar yang menguntungkan. Dengan penduduk yang banyak, serta letak geografis Indonesia yang mendukung untuk transit narkoba kemudian berkembang tak hanya diedarkan melainkan diproduksi.
Kondisi ini diperparah dengan tidak tuntasnya program rehabilitasi, edukasi dan sosialisasi tentang bahaya narkotika. Termasuk keuntungan dari peredaran, serta masih lemahnya pengawasan dan penghukuman terhadap pengedar.
Badan Narkotika Nasional (BNN) menyebutkan ada 27,32 persen mahasiswa dan pelajar dari jumlah pengguna narkoba di Indonesia. Hasil itu diperoleh dari penelitian yang dilakukan pihaknya bersama perguruan tinggi.
Bagaimana kita tidak miris terhadap keutuhan NKRI. Bayangkan saja, jumlah pengguna narkoba di Indonesia berdasarkan data Badan Narkotika Nasional (BNN) 2016 mencapai 6,4 juta jiwa.
Pemasok barang haram tersebut berasal dari luar, seperti Malaysia dan China. Tapi bila diminta negaranya bertangung jawab, malah tidak peduli dan terkesan menyalahkan Indonesia, sebab Indonesia dimata mereka adalah pangsa pasar yang besar.
Berdasarkan data BNN 2016, per harinya orang meninggal gara-gara narkotika mencapai 50 orang. Itu yang dilaporkan, dan tidak dilaporkan banyak, padahal ada yang overdosis dan sakit.
Indonesia jenis narkoba apa saja ditelan. Hebatnya lagi, di negara lain beredar hanya tiga sampai lima jenis, sementara di Indonesia yang masuk 63 jenis narkoba dari yang ditemukan sebanyak 68 jenis dari 300 jenis narkotika di dunia. Setelah PCC, narkoba jenis Flaka juga telah beredar di Indonesia.
Tertangkapnya 1,6 ton sabu di perairan Kepri belum lama ini, membuktikan bahwa kian hari makin menggila saja peredaran narkoba di Indonesia. Selain menyita 1,6 ton sabu, petugas jugamengamankan empat awak kapal yang berkewarganegaraan China, yaitu Tan Mai, Tan Yi, Tan Hui, dan Liu Yin Hua.
Sebelumnya pada, rabu 7 Februari 2018, aparat keamanan juga menangkap MV Sunrise Glory dengan muatan 3 ton sabu dan menahan empat ABK yang merupakan kewarganegaraan Taiwan yang masing-masing bernama Hsieh Lai Fu (52), Huang Chiang (48), Chencun Hang (39) dan Chen Chien (52) diduga barang dan kapal berasal dari Taiwan.
MV Sunrise Glory berlayar melalui Selat Malaka dan menuju Samudera Hindia seolah menangkap ikan kemudian melanjutkan perjalanan ke Pantai Selatan Indonesia dan akhirnya masuk wilayah Australia. Dari 3 ton sabu itu, diketahui 1,3 tonnya sudah diturunkan di Australia.
Penulis menilai, peredaran narkoba saat ini telah menjadi bagian dari perang modern antarnegara. Narkoba telah digunakan sebagai senjata untuk menghancurkan bangsa Indonesia dengan cara merusak generasi muda.
Indonesia merupakan sasaran yang empuk bagi negara lain untuk mengedarkan narkoba. Kekayaan sumber daya alam Indonesia yang sangat luar biasa, lanjutnya, membuat Indonesia berpotensi menjadi negara besar. Inilah yang membuat negara lain ingin menghancurkan Indonesia, salah satunya dengan cara merusak generasi muda.
Celakanya, tidak semua masyarakat memahami ancaman ini. Karena itu, semua pihak untuk berperan aktif dalam menumbuhkan kesadaran akan bahaya narkoba bagi bangsa ini. Bukan hanya pemangku kebijakan, namun juga dari masyarakat itu sendiri.
Memberantas Narkoba tidak harus ditumpukan pada BNN, Polri dan Penegak hukum saja. Karena, sebagai masyarakat atau rakyat yang mencintai Indonesia, tentu tidak ingin melihat kehancuran ini terjadi, perlahan tapi pasti. Saban hari ada saja berita anak bangsa tertangkap tangan sebagai pengedar atau pengguna narkoba.
Mungkin, barang haram itu sudah masuk ke rumah pembaca tanpa sepengetahuan.Ada baiknya perhatikan orang-orang terdekat. Jangan biarkan lingkungan terdekat sebagai pecandu 'racun' sesaat. Kenali ciri atau tanda-tanda umum pengguna narkoba.*****