TNI AL Miliki Kapal Siluman Perusak, Ini Daftar Kehebatannya

TNI AL Miliki Kapal Siluman Perusak, Ini Daftar Kehebatannya

Surabaya, (PAB)----

TNI Angkatan Laut (AL) resmi memiliki kapal perusak kawal rudal (PKR) KRI I Gusti Ngurah Rai-332 yang canggih dengan desain stealth atau siluman sehingga memiliki kemampuan mengelabui sistem radar.

Kapal yang dibangun PT Penataran Angkatan Laut (PAL) Indonesia itu, Senin (30/10/2017), diserahterimakan kepada Menteri Pertahanan (Menhan) Ryamizard Ryacudu didampingi Panglima TNI Jenderal TNI Gatot Nurmantyo dan Kepala Staf TNI AL Laksamana TNI Ade Supandi di Dermaga Dock Semarang PT PAL Indonesia, Ujung, Surabaya, Jawa Timur.

"Hadirnya KRI I Gusti Ngurah Rai-332 akan memperkuat TNI dalam menegakkan keutuhan NKRI," kata Ryamizard Ryacudu.

Dalam pembuatan kapal, PT PAL Indonesia menggandeng galangan kapal asal Belanda, Damen Schelde Naval Shipbuilding (DSNS). Proses pembuatan kapal perang ini dilakukan dengan pembangunan moduler system yang terbagi dalam enam modul, di mana satu modul di antaranya dikerjakan di Belanda. Sedangkan lima modul lain dikerjakan PT PAL Indonesia.

Menhan menegaskan, masuknya KRI I Gusti Ngurah Rai-332 ke jajaran TNI AL sesuai dengan rencana Minimum Essential Force TNI fase kedua. "Saya instruksikan untuk merawat kapal ini harus dengan penuh tanggung jawab," katanya.

KRI I Gusti Ngurah Rai-332 merupakan kapal kedua proyek kapal Ship Integrated Geometrical Modularity Approach (SIGMA) dan masuk dalam kelas perusak kawal peluru kendali dengan tipe 10514. Kapal perusak kawal rudal dengan panjang 105,11 meter, lebar 14,2 meter, dan bobot penuh 3.216 ton ini mampu berlayar hingga 5.000 nm.

Selain itu, kapal yang mampu membawa 120 kru kapal dengan kecepatan 28 knot ini juga memiliki ketahanan berlayar hingga 20 hari dengan dilengkapi peralatan persenjataan modern yang terintegrasi dalam sistem Sensor Weapon Control (Sewaco). Selain itu, design stealth atau siluman yang dimiliki yakni berupa low radar cross section, low infrared signature, dan low noise signature menjadikan kapal PKR ini diklaim sulit terdeteksi oleh radar kapal lain.

Seperti ditulis Sindo.com, kapal ini juga dilengkapi berbagai persenjataan seperti rudal permukaan ke permukaan Exocet MM40B3 dengan jarak jangkau hingga 180-200 km, meriam utama OTO Melara 76/62 mm Super Rapid Gun, dan rudal permukaan ke udara MICA yang dirancang untuk bisa dioperasikan dalam waktu singkat dan beroperasi di segala cuaca serta dapat menyergap sasaran sejauh 20-25 km.

Selain itu, dilengkapi juga dengan senjata penangkal rudal Terma SKWS Decoy Launching System, torpedo AKS A-244S untuk keperluan bawah permukaan laut yang termasuk dalam kelas torpedo ringan berpandu yang memiliki kemampuan khusus dapat mengincar sasaran di perairan dangkal, serta meriam close in weapon system millennium (CIWS) millennium gun 35 mm untuk menangkis serangan udara dan ancaman permukaan jarak dekat, meriam vector 20 mm, serta otomelara 76/62 super rapid gun.

Peresmian kapal ditandai dengan penekanan tombol sirene, dilanjutkan pengukuhan komandan pertama KRI I Gusti Ngurah Rai-332, yaitu Kolonel Pelaut Endra Hartono. Hadir pula keluarga pahlawan nasional I Gusti Ngurah Rai yang namanya dijadikan nama kapal perang.

Direktur Utama (Dirut) PT PAL Indonesia Budiman Saleh menambahkan, pembangunan kapal PKR dengan program transfer of technology (ToT) ini menyerap kurang lebih 200 tenaga kerja di PT PAL Indonesia. Tenaga kerja itu terdiri atas berbagai disiplin keilmuan. Dari jumlah tersebut, sekitar 75 orang di antaranya dididik di galangan kapal Damen Schelde-Vlisingen Belanda.

Alih teknologi itu sesuai amanat UU Nomor 16 Tahun 2012 tentang Industri Pertahanan dan Keputusan KKIP Nomor KEP/12/KKIP/ XII/ 2013 tentang Lead Integrator Alutsista Matra Laut. "Kapal PKR ini wujud kebanggaan pada bangsa untuk mempertahankan kedaulatan bangsa," ujarnya.

Kapal dengan nomor proyek pembangunan W000294 ini sebelumnya melalui serangkaian proses pengujian yang dimulai dengan first steel cutting atau pemotongan pelat pertama pada 17 September 2014. Dilanjutkan dengan keel laying atau peletakan lunas pada 18 Januari 2016 dan diluncurkan awal pada 20 September 2016. Kemudian dilakukan serangkaian uji (sea trial) sebelum kapal ini layak untuk diserahterimakan.

Berita Lainnya

Index