Tanpa Listrik dari Indonesia : Singapura bakal Gelap Gulita

Tanpa Listrik dari Indonesia : Singapura bakal Gelap Gulita

Jakarta, (PAB-Indonesia)

Negeri jiran,Singapura tak lagi bisa sombong. Karena negara itu akan menjadi gelap gulita tanpa listrik dari Indonesia. Negara itu kini menambah kebutuhan listriknya sebesar 4 Giga Watt hingga 2035 mendatang. Adapun separuh kebutuhan impornya tersebut disebutkan akan dipasok dari Indonesia atau sebesar 2 GW.

Hal tersebut diungkapkan Wakil Menteri Perdagangan dan Industri Tan See Leng di Jakarta, belum lama ini.

Tan See Leng mengatakan, impor listrik tersebut akan dipasok dari sumber energi bersih atau Energi Baru Terbarukan (EBT).

"Dengan gembira saya umumkan bahwa EMA (Energy Market Authority Singapore) telah memberikan persetujuan bersyarat untuk impor 2 Giga Watt listrik rendah karbon dari Indonesia ke Singapura," beber Tan See Leng, dilansir dari detikcom, dalam acara Indonesia Sustainable Forum 2023, di Park Hyatt Hotel, Jakarta Pusat.

Dia menjelaskan, hingga 2035 negaranya bakal mengimpor 4 GW listrik rendah karbon. Dari jumlah tersebut, 50% kebutuhannya dipenuhi dari Indonesia. Menurutnya, hal ini merupakan bukti kemitraan erat antara dua negara besar di Asia Tenggara tersebut.

"Faktanya, bahwa setengah dari jumlah tersebut akan berasal dari Indonesia merupakan bukti kemitraan jangka panjang dan komprehensif," pungkas Tan See Leng.

Untuk memenuhi kebutuhan listriknya itu, Pemerintah Singapura dan Indonesia pada pekan lalu juga menandatangani Nota Kesepahaman (Memorandum of Understanding/ MoU).

MoU ini ditandatangani oleh Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) RI Arifin Tasrif dan Wakil Menteri Perdagangan dan Industri Singapura, Tan See Leng, di Kantor Kementerian ESDM.

MoU ini berisi kesepakatan terkait kerja sama energi rendah karbon dan interkoneksi listrik lintas batas antara Indonesia dan Singapura.

"Ini juga kelanjutan dari ASEAN Meeting di Bali, dan ini akan meningkatkan interkoneksi di ASEAN," ungkap Sekretaris Jenderal Kementerian ESDM Dadan Kusdiana.

Dadan mengaku belum ada kepastian berapa besar listrik yang dibutuhkan Singapura dari Indonesia. Namun kemungkinan, menurutnya bisa mencapai sekitar 2 Giga Watt (GW).

"Saya dengar katanya 2 GW, tapi kita belum lihat kapan 2 GW itu apa sekarang, yang saya dengar itu yang akan kita pastikan secara formal, kan nanti ada investasi harus pasti nanti gimana mereka belinya," jelasnya.

Dadan menyebut, MoU yang telah disepakati itu akan berlaku selama lima tahun dan dapat diperpanjang untuk lima tahun periode berikutnya.

"Lima tahun bisa diperpanjang sekali," tambahnya.

Perlu diketahui, area kerja sama yang disepakati dalam MoU Kementerian ESDM Indonesia dan Singapura meliputi:

- Pengembangan proyek energi rendah karbon komersial, termasuk interkoneksi untuk perdagangan listrik lintas batas antara Indonesia dan Singapura, sebagaimana disetujui oleh pemerintah Indonesia dan Singapura.

- Pertukaran informasi tentang kebijakan dan persetujuan peraturan dan kerangka kerja untuk memungkinkan proyek perdagangan listrik lintas batas komersial.

- Memfasilitasi pengembangan proyek perdagangan tenaga listrik lintas batas, termasuk kredit karbon sesuai dengan peraturan perundang-undangan masing-masing.

- Bidang kerja sama lain yang diputuskan bersama oleh Para Pihak.

MoU terkait energi ini melengkapi MoU sebelumnya yang telah diteken antara Kementerian ESDM RI dengan Ministry of Trade and Industry (MTI) Singapura pada 21 Januari 2022 lalu.

Di mana, area kerja sama tersebut mencakup pengembangan teknologi energi rendah karbon (solar PV, hydrogen, dan CCS/CCUS); pengembangan jaringan listrik regional, interkoneksi lintas-batas, dan perdagangan energi; fasilitasi pembiayaan proyek energi; dan pengembangan sumber daya manusia terkait.

Pada kesempatan yang sama, Direktur Jenderal Ketenagalistrikan Jisman P. Hutajulu mengatakan untuk eksekusi dari nota kesepahaman terkait interkoneksi listrik tersebut masih menunggu permintaan dari Singapura, untuk kemudian dikonsolidasikan dengan PT PLN (Persero).

"Jadi nanti PLN di depan nanti untuk pengelolaan transmisinya, supaya tidak ruwet jadi harus terkonsolidasi," imbuhnya.

Jisman menyebut, pengiriman listrik tersebut kemungkinan akan dilakukan melalui laut.

"Nanti ada teknologinya yang terbaik apa, bayangan kita ya lewat laut. Tapi dari bawah sebagian, apa dari atas, nanti ada kajiannya yang terbaik," ucapnya. (ristha)

 

 

Berita Lainnya

Index