Adopsi Startegi Soeharto: India Jadi Lumbung Beras Dunia:

Adopsi Startegi Soeharto: India Jadi Lumbung Beras Dunia:
petani beras di India, mampu memproduksi beras di lahan kering

Jakarta, (PAB-Indonesia)--

India kini menjadi  lumbung beras terbesar di dunia. Data dari situs indexmundi.com,  India merupakan negara pengekspor beras terbesar di dunia. Pada 2022/2023, negara tersebut mengekspor beras sebanyak 22,5 juta metrik ton ke seluruh dunia. Jumlah itu setara dengan 40,09% dari total ekspor beras secara global.

Diperingkat kedua Thailand dengan volume ekspor mencapai 9 juta ton dan di posisi ketiga Vietnam dengan volume sebesar 9 juta ton. Enam dari sepuluh negara menjadi pengekspor beras berasal dari India, sisanya dari Benua Amerika.

Menurut Menteri Perdagangan Zulkfili Hasan, yang baru pulang dari India mengungkapkan rahasia di balik kesuksesan negara tersebut dalam mengembangkan pertaniannya. Selama ini, India dikenal sebagai salah satu negara penghasil beras dan juga pengekspor terbesar di dunia.

"India 1,4 miliar orang bisa surplus, lebih. Saya tanya Kementerian Perdagangannya, semua pakai koperasi, gak konglomerasi, seluruh pertanian koperasi. Pupuk dia gak pakai pabrik pupuk kaya kita, tapi pupuk dibuat oleh koperasi-koperasi, tapi penelitian oleh pemerintah. Pupuk pakai pil segini bisa untuk 2 hektare dikasih air, diproduksi koperasi-koperasi," kata Zulhas dalam rapat kerja dengan Komisi VI DPR RI.

Kebijakan itu demi mengamankan stok serta menghindari penipisan stok pangan di dalam negeri, apalagi untuk ukuran India dengan jumlah penduduk yang mencapai miliaran orang. Zulhas pun mengingat kebijakan itu seperti metode Indonesia dalam masa orde baru atau zaman Soeharto.

"Tapi kebijakan gak ada yang ambigu, pokonya petani disubsidi habis-habisan. Semua pupuk, bunga semua gak ada tawar, untuk dalam negeri (soal) makan mereka habis-habisan, kira-kira seperti orde baru irigasi pupuk. Kita kan pupuk diatur terlalu banyak, begitu sawah perlu pupuk petani pupuknya gak ada, kalau panen pupuknya ada. (Masalah) ini gak kelar-kelar," sebut Zulhas

Bukan hanya India, negara ASEAN lainnya seperti Vietnam juga menjadi negara yang surplus dalam pertanian, khususnya beras. Salah satu kunci kesuksesannya ialah keseriusan pemerintah dalam mengembangkan pertanian.

"Di Vietnam tanah pertanian lebih tinggi dari Taman Nasional. Jadi pertanian gak boleh jadi perumahan, pabrik, kalau sudah sawah gak boleh diubah-ubah selamanya. Kita ada undang-undang tapi ya masih gitu aja. Kalau kita serius bisa," sebut Zulhas.

.Namun, Indonesia tidak bisa lagi terlalu menggantungkan diri terhadap impor dari negara lain. Pasalnya, masing-masing negara tengah mengetatkan kebijakan ekspor demi mengamankan stok dalam negeri. Faktor El Nino juga menjadi pertimbangan lain.

"Vietnam kurangi tanam berasnya karena El Nino kering, padi banyak makan air, jadi tanam padi (awalnya) 2 musim jadi 1 musim karena surplus," terang Zulhas.

Ternyata, sejak 2011, India berhasil menggantikan posisi Thailand sebagai pengekspor beras terbesar di dunia. Bahkan, India kerap disebut sebagai juru kunci pasar beras global.

Kesuksesan tersebut terjadi ketika pemerintah India mencabut larangan ekspor beras varietas non-basmati pada Februari 2011, dan membuka jalan bagi peningkatan ekspor berbagai varietas beras.

Pada waktu yang bersamaan, di bawah pemerintahan Perdana Menteri Thailand Yingluck Shinawatra, Thailand mendukung petani memperkuat Skema Penjaminan Beras. Skema tersebut merupakan usaha untuk membuat stok beras dalam negeri tak terbatas dengan menaikkan harga. Kebijakan itu jelas mengurangi insentif untuk menjual beras di pasar ekspor karena petani memilih menjual beras ke pemerintah.

Keadaan tersebut pastinya semakin menguntungkan India untuk mendominasi pasar beras global dengan cepat tanpa hambatan. Namun yang mencolok adalah peningkatan terus-menerus dalam ekspor varietas non-basmati sejak saat itu.

Mengutip The Hindu Business Line, ekspor beras non-basmati menjadi terus meningkat hingga 2023. India, merupakan konsumen beras terbesar di dunia setelah Cina, saat ini memiliki pangsa pasar lebih dari 40 persen dari perdagangan beras global. India mengekspor beras ke lebih dari 150 negara dan setiap pengurangan pengirimannya akan memicu inflasi pangan.

Harga Beras India Murah

Beras asal India laris manis di pasar global, karena harganya yang murah. Produsen beras dari negara lain seperti Vietnam, Cina dan Thailand mengangkat masalah tingginya biaya produksi dan pengiriman yang membuat beras mereka jauh lebih mahal daripada yang ditawarkan India.

Penurunan hasil panen padi di Thailand dan Vietnam juga menjadi keuntungan bagi ekspor beras India. Negara ini mengekspor beras dengan harga sekitar 360 dolar AS per ton ke pasar-pasar utama saat ini, sementara Thailand dan Vietnam menawarkan beras dengan harga sekitar 420 dolar AS per ton.

Harga murah ini membantu negara-negara miskin di tengah melonjaknya harga gandum. Apalagi, stok domestik yang tinggi dan harga lokal yang rendah memungkinkan India menawarkan beras dengan diskon besar-besaran selama dua tahun terakhir ini. Stok beras giling dan padi di lumbung pemerintah saat ini sebanyak 57,82 juta ton, empat kali lipat dari target 13,54 juta ton.

Produksi beras yang melimpah dan patokan harga yang murah menjadi kunci kesuksesan India menjadi raja eksportir beras dunia. Hal inilah yang mungkin harus dilihat oleh Indonesia. Meski Indonesia baru saja mendapatkan penghargaan karena berhasil mencapai swasembada beras, namun untuk menjadi eksportir, maka Indonesia harus memiliki stok beras yang melimpah serta bisa bersaing harga di pasar global. (radith)

 

Berita Lainnya

Index