Cadangan Migas Berlimpah:

Indonesia harus Jadi Negara Maju

Indonesia harus Jadi Negara Maju
Pengeboran-migas-pertamina-hulu-mahakam (foto/ist)

Jakarta, (Pab-Indonesia)---

Jangan pernah lagi mau dijajah, jangan pernah lagi mau dikendalikan negara asing. Indonesia harus menjadi negara maju, sekalipun tantangannya berat untuk melawan dominasi negara-nagara di Eropah. Itulah pesan Presiden Jokwo Widodo kepada anak bangsa.

Ingat, Indonesia sudah dianugerahi berbagai jenis sumber daya alam (SDA), termasuk komoditas energi yang begitu melimpah. Berdasarkan data yang dirilis oleh Kementerian ESDM, Indonesia memiliki cadangan gas alam atau gas bumi sebesar 41,62 triliun kaki kubik persegi (trillion square cubic feet/TSCF).

Sekedar tahu, cadangan gas bumi terbukti paling banyak berada di wilayah Maluku, yakni 13.988 miliar kaki kubik persegi (billion square cubic feet/BSCF). Maluku memiliki beberapa sumber daya migas yang baik yaitu cekungan hidrokarbon di Bula juga blok Masela yang sudah sangat terkenal.

Posisi kedua ada Papua 11.412 BSCF. Potensi sumberdaya energi di Papua yang potensial tersedia memang cukup besar.

Cadangan minyak dan gas bumi di Indonesia berhubungan erat dengan cekungan sedimen berumur Tersier. Di sekitar Propinsi Papua telah diidentifikasi sejumlah cekungan yang penyebarannya berada di sebelah utara maupun selatan Papua.

Dua buah cekungan di sebelah utara Jayapura belum pernah dilakukan pemboran, tiga cekungan telah dilakukan pemboran tetapi belum menghasilkan penemuan, satu (1) buah cekungan sudah menghasilkan penemuan tetapi belum sampai pada tahap produksi, dan dua buah cekungan telah berproduksi.

Potensi Migas di Papua cukup menjanjikan, sebagian cadangan yang terdapat di daerah Kepala Burung dan Bintuni telah berproduksi, sedangkan daerah lainnya masih dalam tahap eksplorasi.

Ekploitasi minyak dan gas bumi dilakukan melalui beberapa lapangan minyak dan gas bumi di sekitar Sorong seperti lapangan Klamono, Linda, Salawati dan sekitar Bintuni. Produksi dari lapangan minyak tersebut umumnya masih relatif kecil.

Posisi selanjutnya ada Sumatera Selatan yakni 4.428,26 miliar kaki kubik persegi (billion square cubic feet/BSCF). Posisi kelima dan keenam ditempati oleh Sulawesi dan Kalimantan dengan cadangan gas bumi masing-masing sebesar 3.233,83 miliar BSCF dan 2.924,71 miliar BSCF.

Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas), membeberkan bahwa ketergantungan Indonesia terhadap impor minyak mentah dari luar negeri masih cukup tinggi. Ini terlihat dari adanya kesenjangan (gap) yang semakin jauh antara realisasi produksi nasional dengan konsumsi yang ada di dalam negeri.

Sayangnya, menurut Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto mengatakan bahwa produksi minyak nasional saat ini berkisar di level 630 ribu barel per hari (bph). Sementara konsumsi minyak mentah dalam negeri mencapai 1,4 juta barel per hari (bph).

Meski demikian, Dwi membeberkan bahwa potensi minyak dan gas bumi di Indonesia sendiri masih cukup besar untuk dikembangkan.

"Upaya-upaya untuk bisa meningkatkan cadangan minyak sangat prioritas untuk dilakukan sehingga mudah-mudahan undang-undang migas sangat mendukung ke arah sana. Potensi migas Indonesia masih besar, kita punya 128 cekungan," kata Dwi dalam Rapat Dengarkan Pendapat (RDP) bersama Baleg DPR RI, Rabu (30/8/2023).

Setidaknya dari 128 cekungan yang ada, 20 cekungan sudah berproduksi, 8 cekungan sudah dibor namun belum berproduksi, 19 cekungan indikasi menyimpan hidrokarbon, dan 13 cekungan dry hole.

"Dan yang belum dilakukan pengeboran sama sekali ada 6-8 basin jadi dari posisi ini kami melihat potensi Indonesia masih sangat besar mostly berada di bagian timur laut dalam dan infrastrukturnya butuh investasi yang besar," kata dia.

Namun, selain mengandalkan dari 128 cekungan itu, Dwi mengungkapkan bahwa pihaknya juga tetap mencari potensi migas baru yang ada di Indonesia bagian barat. Salah satunya melalui kegiatan pengeboran sumur eksplorasi migas non konvensional atau MNK di Blok Rokan.

"Termasuk namanya MNK atau shale gas atau shale oil yang saat ini sudah mulai kita bor di bawahnya rokan kita bor lebih dalam untuk bisa buktikan bahwa memang ada potensi besar yang mungkin muncul seperti di Amerika," katanya. (radith)


 

Berita Lainnya

Index