China dan AS Berebut Pengaruh di Indo-Pasifik

China dan AS Berebut Pengaruh di Indo-Pasifik
AS V China, Saling unjuk taji, siapa yang terkuat di Indo-Pasifik

Jakarta, (Pab-Indonesia)

Indo-Pasifik adalah kawasan ekonomi dengan pertumbuhan tercepat di dunia yang mencakup 65 persen dari populasi global. Pada 2030, kawasan tersebut diperkirakan akan menjadi rumah bagi dua pertiga kelas menengah di dunia.

Indo-Pasifik merujuk pada bentang wilayah yang mencakup Samudra Hindia hingga Samudra Pasifik, Benua Asia Daratan, Benua Australia, Asia Tenggara, serta negara-negara maju seperti Jepang, Korea Selatan, India, Australia, Amerika Serikat dan Kanada.

Mengingat signifikansi Indo-Pasifik, maka tidak heran banyak pihak yang ingin memastikan kehadiran, keterlibatan dan kepentingannya di kawasan tersebut, bahkan tidak jarang Indo-Pasifik menjadi "lahan" adu pengaruh antarnegara, misalnya antara China dan Amerika Serikat serta para sekutunya.

Oleh karena itu, tidak heran bila banyak negara menyadari bahwa kawasan Indo-Pasifik akan memainkan peran penting dan mendalam bagi masa depan, sehingga mereka pun berusaha untuk  menenamkan pengaruhnya di kawasan Indo-Pasifik.

Cina sejak lama mendorong pengaruh global khususnya dari sisi ekonomi. Sehingga muncul persaingan yang kerap tidak sehat terutama dengan Amerika Serikat. 

Dasar penilaian itu, dilihat dari manuver kedua negara yang tak pernah habis dalam memperlihatkan dominasinya. Hingga pada akhirnya, ketegangan Laut Cina Selatan (LCS) menjadi pemantik, kekuatan militer kedua negara bertemu.

Tentu saja, kemungkinan bentrok militer kedua negara ada. Namun harapkan tidak terjadi. Karena ada hitung risiko. Pemerintah Indonesia harus jeli melihat situasi ini. Baik dari sisi keamanan, maupun perang dagang yang kemungkinan menguat lagi.

Perebutan pengaruh Amerika Serikat dan Cina di kawasan Indo-Pasifik, dengan praktik militer, jelas akan berpengaruh pada situasi ekonomi di Hongkong, Taiwan, Singapura bahkan Indonesia sebagai negara sahabat kedua negara.

Ini bisa menjadi peluang jika ditilik dari hubungan ekonomi dan politik. Tapi ini juga bisa menjadi pemicu hambatan dari target pertumbuhan ekonomi nasional. Ada rasio dan angka-angka yang ikut berpengaruh di dalamnya jika konflik pecah.

Tidak memungkinkan Pemerintah Indonesia memilih atau berpihak antara Amerika Serikat dan Cina. Indonesia bebas aktif. Risiko konflik militer kedua negara memang terbuka. Maka Indonesia perlu melakukan antisipasi.  Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) dan TNI harus cermat melihat kondisi saat ini.

Terkait kondisi itu, Indonesia telah mengambil posisi tersendiri untuk menyikapi adu pengaruh di Indo-Pasifik sekaligus berupaya untuk mewujudkan Indo-Pasifik sebagai kawasan yang stabil dan makmur bagi semua, salah satunya melalui Pandangan ASEAN tentang Indo-Pasifik(ASEAN Outlook on Indo-Pacific).

Pandangan ASEAN itu diprakarsai oleh Pemerintah Indonesia mengingat posisi negara-negara anggota Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (ASEAN) yang berada di tengah kawasan Indo-Pasifik.

Menurut Menteri Luar Negeri RI, Retno Marsudi, ASEAN --yang terletak di tengah-tengah kawasan Indo-Pasifik-- akan menghadapi tantangan eksternal dari segi geopolitik dan geo-ekonomi.

"Semua negara sekarang berbicara tentang Indo-Pasifik yang dikatakan sebagai kawasan yang sangat strategis, maka persaingan banyak terjadi di situ, dan ASEAN terletak di tengah-tengah Indo-Pasifik," ujarnya.

"Pada 2023, geopolitik masih akan dinamis sekali dan pertumbuhan ekonomi akan menurun, ini menciptakan tantangan eksternal bagi ASEAN karena perhimpunan ini dari sisi geografisnya sangat strategis dan termasuk di kawasan Indo-Pasifik," lanjutnya.

Namun,  Indonesia sudah mengantisipasi adanya tantangan tersebut dengan mengeluarkan konsep ASEAN Outlook on Indo-Pacific.

"Kalau ASEAN tidak punya konsep yang jelas mengenai Indo-Pasifik ini mau diapakan maka ASEAN akan terseret terus. Oleh karena itu, pada beberapa tahun lalu Indonesia telah menginisiasi ASEAN Outlook on Indo-Pacific yang akhirnya diadopsi oleh para pemimpin ASEAN," kata Retno menjelaskan.

Selanjutnya, mengingat pentingnya kawasan Indo-Pasifik, Pemerintah Indonesia juga telah menekankan pentingnya penerapan nilai-nilai seperti penghormatan terhadap supremasi hukum dan sistem internasional berbasis aturan di kawasan.

Negara-negara berkekuatan besar yang berkepentingan di Indo-Pasifik, bersama negara lain di kawasan itu, memiliki tugas berat untuk mengelola dinamika yang terjadi agar perang tidak meletus.

Retno mengatakan bahwa Indo-Pasifik harus menjadi tempat yang aman karena wilayah tersebut merupakan rumah bagi 60 persen populasi dunia. Kawasan tersebut juga bakal menjadi penyumbang terbesar ekonomi dunia selama 30 tahun ke depan.

Retno Marsudi mengatakan, terdapat kepentingan kekuatan besar yang bertubrukan lingkup maritim Indo-Pasifik. Dia mengingatkan, jika tidak bisa dikelola, wilayah perairan Indo-Pasifik dapat berubah menjadi medan konflik.

Sama seperti Indonesia, semangat untuk kerja sama demi stabilitas di Indo-Pasifik itu juga disampaikan oleh Pemerintah Kanada. Dubes Kanada untuk Indonesia, Nadia Burger menyatakan bahwa Kanada berupaya bersama dengan Indonesia untuk membangun stabilitas dan perdamaian di kawasan Indo-Pasifik demi kemakmuran bersama di kawasan tersebut dan secara global.

"Kawasan ini sangat penting bagi kami dan kami ingin memberikan banyak penekanan dan prioritas pada hal ini. Jelas mengenai masalah pertahanan dan keamanan, kami ingin bekerja sama untuk perdamaian dan stabilitas di kawasan," kata Nadia Burger.

Pada akhirnya, penghormatan terhadap aturan hukum dan sistem internasional serta semangat multilateralisme merupakan nilai-nilai penting yang perlu diikuti negara-negara di kawasan Indo-Pasifik demi terciptanya perdamaian dan stabilitas di kawasan tersebut. (radith)

Berita Lainnya

Index