Manila, (Pab-Indonesia)---
Australia sebagai sekutu Amerika Serikat, kini ikut cawe-cawe soal konflik di Laut China Selatan (LCS). Ikut cawe-cawenya Australia terhadap konflik di kawasan LCS itu, karena demi keselamatan kapal dagang mereka yang hilir mudik di kawasan LCS.
Alasan ini pula yang membuat, Autralia dan Filipina membuat latihan bersama di kawasan tersebut. Seperti yang dilansir dari Al Jazeera, sekitar 1.200 tentara Australia dan 560 marinir Filipina, ikut serta dalam latihan militer yang melibatkan penyerbuan ke pulau yang diduduki musuh.
"Australia mempunyai kepentingan keamanan di Laut Cina Selatan dan akan bekerja lebih erat dengan Filipina dalam patroli bersama di perairan yang disengketakan," kata Menteri Pertahanan Australia Richard Marles.
Marles menyatakan hal itu saat memantau sekitar 2.000 personel pertahanan Australia dan Filipina, serta Marinir Amerika Serikat, berpartisipasi dalam latihan pendaratan amfibi dan serangan udara sebagai bagian dari latihan bersama yang juga dihadiri oleh Presiden Filipina Ferdinand Marcos Jr.
Latihan gabungan ini dilakukan di tengah ketegangan baru antara Manila dan Beijing di Laut Cina Selatan dan melibatkan pasukan yang tiba dengan kendaraan serbu amfibi, parasut, dan pesawat Osprey AS untuk menyerbu pantai.
Dua jet tempur F-35 Australia yang canggih, memberikan dukungan udara jarak dekat, dan kapal perang Australia mengamankan perairan sekitarnya. Dalam foto yang dirilis oleh Departemen Pertahanan Australia melalui Kedutaan Besar Australia di Filipina, tentara Angkatan Bersenjata Filipina sedang mengikuti latihan serangan amfibi gabungan skala besar pada, di pangkalan angkatan laut di San Antonio, Zambales, Filipina.
Filipina dan Australia, yang juga didukung oleh Korps Marinir Amerika Serikat, mengadakan pelatihan amfibi bilateral yang disebut "Latihan Alon 2023", yang berasal dari kata Tagalog yang berarti "gelombang", yang bertujuan untuk meningkatkan interoperabilitas dan kesiapan dalam menanggapi tantangan keamanan. di kawasan Indo-Pasifik.
Latihan udara, laut, dan darat tersebut, merupakan latihan gabungan skala besar pertama antara Australia dan Filipina, yang menyimulasikan perebutan kembali pulau yang dikuasai musuh. Presiden Marcos mengatakan kepada wartawan bahwa Filipina menginginkan hubungan kerja yang lebih erat dengan militer negara tetangganya.
Ini adalah aspek penting dalam bagaimana kita bersiap menghadapi segala kemungkinan, mengingat ada begitu banyak peristiwa yang membuktikan volatilitas di kawasan ini,” katanya pada konferensi pers setelah latihan.
Marles mengatakan setelah latihan tersebut bahwa patroli gabungan pertama di Laut Cina Selatan oleh angkatan laut Australia dan Filipina akan “segera terjadi”. Ia juga menegaskan kembali dukungannya terhadap keputusan tahun 2016 yang dikeluarkan oleh pengadilan arbitrase di Den Haag berdasarkan Konvensi PBB tentang Hukum Laut yang sebagian besar membatalkan klaim China atas hampir seluruh Laut China Selatan, dan meneguhkan kendali Filipina.
China menolak untuk berpartisipasi dalam arbitrase dan terus menentang keputusan tersebut, mempertahankan klaimnya atas sebagian besar wilayah laut tersebut. “Banyak kerusakan yang dapat terjadi pada Australia sebelum musuh potensial menginjakkan kaki di wilayah kita, dan menjaga ketertiban berdasarkan aturan di Asia Tenggara, menjaga keamanan kolektif di Asia Tenggara, merupakan hal yang mendasar dalam menjaga keamanan nasional negara kita,” kata Marles.
AS, Australia, dan Filipina adalah beberapa negara yang paling vokal mengkritik tindakan China yang semakin agresif dan konfrontatif di perairan yang disengketakan tersebut, namun militer Filipina mengatakan bahwa Beijing bukanlah sasaran latihan tempur pada hari Jumat tersebut.
Dalam konflik terbaru antara Filipina dan China di perairan yang disengketakan, sebuah kapal penjaga pantai China menggunakan meriam air pada tanggal 5 Agustus untuk mencoba memblokir aliran pasokan Filipina di Second Thomas Shoal, tempat pasukan Filipina ditempatkan.
Washington memperbarui peringatan bahwa mereka berkewajiban membela Filipina, sekutu perjanjian tertua di Asia, jika pasukan, kapal, dan pesawat Filipina diserang, termasuk di Laut Cina Selatan.
Dua kapal pemasok Filipina berhasil melewati blokade China pada hari Selasa dalam konfrontasi tegang yang disaksikan oleh wartawan. China telah memperingatkan AS untuk tidak ikut campur dalam apa yang disebutnya murni perselisihan Asia. Filipina, Malaysia, Vietnam, Brunei, dan Taiwan semuanya memiliki klaim atas wilayah tertentu di Laut Cina Selatan.
Sementara kantor berita AFP melaporkan, China mengerahkan ratusan kapal penjaga pantai, angkatan laut dan lainnya untuk berpatroli dan memiliterisasi kawasan terumbu karang di Laut China Selatan, yang hampir keseluruhannya diklaim sebagai wilayahnya meskipun ada putusan internasional bahwa sikapnya itu tidak memiliki dasar hukum. (Radith)