Indonesia Butuh 300 Pesawat Tempur

Indonesia Butuh 300 Pesawat Tempur

Jakarta, (Pab-Indonesia)--

Untuk mengawal luas udara horizontal Indonesia, yang mencapai 5.455.675 km2 itu, maka idealnya Indonesia memiliki 300 pesawat tempur. 100 diantaranya adalah pesawat-pesawat yang siap terbang.

Sekarang ini TNI-AU hanya memiliki sekitar 388 unit pesawat, yang terdiri dari pesawat tempur, patroli maritim, tanker, angkut, latih, helikopter, dan nirwak. Dari jumlah itu, pesawat tempur yang dimiliki TNI- AU hanya  87 unit. Ini tentu jauh dari ideal jika dibanding dengan luasnya wilayah udara Indonesia yang harus dikawal.

Sadar betapa pentingnya ketahanan udara Indonesia, Menhankam Prabowo Subianto, terus melakukan moderenisasi alusista TNI, tidak saja darat dan laut, tapi udara juga menjadi perhatiannya.

Prabowo Subianto buka-bukaan alasannya memborong berbagai alutsista dari nagara lain. Menurutnya pertahanan Indonesia harus kuat untuk menghindari kekayaan dalam negeri diambil terus menerus."Tanpa pertahanan yang kuat, kekayaan kita akan diambil terus. Itu pelajaran yang saya dapat hari ini," tegas Prabowo.

Menurutnya, negara besar seperti Indonesia butuh pertahanan berdasarkan persiapan bukan hanya harapan. Itulah mengapa penguatan Alutsista di tanah air butuh dilakukan.

Prabowo diketahui membeli sejumlah Alat Utama Sistem Persenjataan (Alutsista) untuk pertahanan Indonesia. Mulai dari pesawat C-130-J-30 Super Hercules A-1339, Kapal Perang Fregat kelas FREMM, Jet Tempur Mirage 2000, Airbus A400M 'Atlas', Pesawat Tempur Rafale, helikopter Sikorsky S-70M Black Hawk, hingga Kapal Selam Scorpene.

Prabowo juga memoles dan memodernisasi sejumlah Alutsista yang telah dimiliki Indonesia saat ini. Diantaranya pada 41 kapal perang yang sudah ada.

Prabowo menargetkan 27 kapal perang telah selesai dimodernisasi pada akhir tahun 2023 ini. "Untuk TNI AL Kapal selam, Fregat, kapal cepat, kapal peluru kendali sangat prioritas juga. Kita berharap di akhir tahun, 27 kapal perang kita sudah dimodernisasi," jelasnya.

Menkan mengatakan, memperkuat Alutsista TNI adalah sebuah kebutuhan yang tidak dapat dielakkan untuk investasi jangka panjang Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Prabowo juga menyebutkan, industri pertahanan Indonesia yang diwakili oleh PT Dirgantara Indonesia, menunjukkan kesiapan-nya merakit 24 helikopter Sikorsky S-70M Black Hawk yang rencananya dibeli oleh Pemerintah Indonesia dari perusahaan asal Amerika Serikat Lockheed Martin.

PT Dirgantara Indonesia dan Lockheed Martin meneken kesepakatan awal (head of agreement) terkait rencana pengadaan 24 unit helikopter angkut serbaguna itu, yang membuka kemungkinan PT DI mendapat izin merakit sistem utama, operasi (inspection, ground and production flight testing), modifikasi, dan system upgrade helikopter Sikorsky S-70M Black Hawk, kemudian memelihara dan merawat (MRO) helikopter tersebut di dalam negeri.

Dokumen kerja sama itu ditandatangani oleh Direktur Utama PT Dirgantara Indonesia Gita Amperiawan dan Vice President of Global Business Development Sikorsky Lockheed Martin Jeff White di Washington D.C., Amerika Serikat, (Rabu,23/8) disaksikan langsung oleh Menteri Pertahanan RI Prabowo Subianto.

Prabowo yang sejak awal minggu ini melawat ke Amerika Serikat menyambut baik kemitraan antara PT Dirgantara Indonesia dan Lockheed Martin, yang sejak 2015 mengakuisisi produsen helikopter Sikorsky Aircraft.

Indonesia dan Boeing juga meneken MoU pembelian 24 unit pesawat tempur F-15EX. "Kerja sama ini akan dapat menambah kekuatan TNI sekaligus memperkuat industri pertahanan dalam negeri," kata Menhan RI.

Dalam acara itu, Menhan Prabowo didampingi oleh Wakil Menteri BUMN RI Rosan Roeslani dan Kepala Badan Sarana Pertahanan Kemhan RI Marsekal Muda TNI Yusuf Jauhari.

Terkait kerja sama itu, Direktur PT DI Gita Amperiawan meyakini ada nilai tambah yang bakal diperoleh Indonesia jika nantinya pembelian 24 unit helikopter Sikorsky S-70M Black Hawk itu terwujud.

"Kami yakin kerja sama strategis antara PT DI dan Sikorsky ini akan menghasilkan nilai tambah yang diperoleh atas kemampuan PT DI dalam integrasi, kustomisasi, modifikasi dan peningkatan sistem untuk penyelesaian helikopter," tutur Gita Amperiawan.

Gita melanjutkan kerja sama itu memungkinkan PT DI untuk melakukan MRO helikopter Sikorsky S-70M Black Hawk berikut sistem dan mesinnya. "Dengan menjadi pemasok resmi Sikorsky, PT DI juga dapat mengembangkan bisnis aerostructure-nya," ucap Gita Amperiawan.

Sementara itu, Presiden Sikorsky Aircraft Paul Lemmo menyampaikan kerja sama itu menunjukkan komitmen dua pihak mendukung rencana pengadaan 24 unit helikopter S-70M Black Hawk dari Pemerintah Indonesia.

"Black Hawk dirancang dan dibangun dengan standar militer terberat, dan dapat dengan cepat dan andal mengirimkan personel dan pasokan ke populasi yang tersebar secara geografis di wilayah kepulauan besar seperti Indonesia," ujar Paul Lemmo sebagaimana dikutip dari siaran resmi PT DI.

Pengamat pertahanan, Andi Widjajanto, pernah menyebut ada perbedaan antara stok pesawat dan jumlah pesawat yang siap tempur. Andi menyebut, berdasarkan fakta yang ada, Indonesia disebutnya unik. Sebab dari pesawat tempur yang ada, hanya beberapa persen yang siap beroperasi.

Menurut Andi Widjajanto, idealnya ada proporsi 30, 30, 30. Jadi 30 siap tempur, 30 dipersiapkan untuk latihan, dan 30 yang sedang maintenance.

Karena dinilai tidak ideal itulah, manurut Andi Widjajanto, membuat  Menteri Pertahanan Prabowo Subianto harus membuat terobosan, antara lain mengkondisikan agar alutsista siap 100 persen, sehingga semuanya siap operasional dan siap tempur. Menurutnya, hal itu menjadi penting untuk diterapkan Kementerian Pertahanan.

Terkait pembelian pesawat tempur Rafael dari Prancis, Andi menyebut, pesawat ini merupakan pesawat tempur generasi 4,5, dengan radius tempur antara 3000 hingga 3500 kilometer.

Pesawat ini, kata Andi, bisa dilengkapi dengan rudal permukaan-permukaan, rudal dari udara ke darat, bisa juga rudal antikapal, jadi cukup lengkap. “Ini sejenis dengan F16 Viper, sejenis dengan F15EX, Eurofighter Typhoon, Sukhoi 30, jadi berada dalam generasi 4,5.”

Selain digunakan oleh Prancis dalam sejumah operasi tempur, ucap dia, sejumlah negara lain juga telah menggunakan pesawat ini, di antaranya India, Uni Emirat Arab, dan Mesir.  

Andi juga menyebut bahwa saat ini Indonesia mempunyai tiga komando operasi udara, sementara skadron yang benar-benar operasional juga cuma tiga.

“Tapi cuma terpusat di Makassar dan Madiun. Kita relatif kosong di Pekanbaru, kita bisa mengisi di Pontianak, itu fokusnya nanti drone.”

“Kita kosong di Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, sementara nanti koopsnya harus memiliki bisa minimal empat pangkalan untuk skadron tempur. Dan itu memang membutuhkan antara 10 sampai 12 skadron tempur itu,” terang Andi Widjajanto.

Jika Indonesia membutuhkan 100 pesawat yang siap tempur, maka minimal harus mempunyai 300 unit pesawat tempur. “Itu idealnya. Kondisi Indonesia tidak. Dari yang ada sekarang mungkin cuma 30, sekitar satu skadron, 12 sampai 16 yang siap tempur. Lainnya sedang maintenance. Kondisinya jauh dari ideal.”tambah Andi .

Terkait hal itu, kata dia, Menteri Pertahanan Prabowo Subianto harus membuat terobosan, antara lain kondisi alutsista harus 100 persen, sehingga semuanya siap operasional dan siap tempur. Menurutnya, hal itu menjadi penting untuk diterapkan Kementerian Pertahanan.

Terobosan Prabowo memperkuat pertahanan Indonesia, diantaranya telah diwujudkan dengan pembelian pesawat tempur Rafale. Secara keseluruhan, Indonesia berencana memboyong 42 jet Rafale. Namun, Prabowo mengatakan, pembelian 36 unit Rafale lainnya akan menyusul dalam waktu dekat. Kemudian Pesawat Airbus A400M Prabowo juga menandatangani kontrak pemesanan dua pesawat Airbus A400M produksi Perancis yang memiliki konfigurasi multi-peran tanker dan angkut.

Berikutnya pesawat tempur Mirage 2000-5, Kemenhan juga memutuskan membeli 12 unit pesawat tempur Mirage 2000-5 bekas dari Qatar..Mirage 2000-9 milik Uni Emirat Arab (UEA), Pesawat tempur F-15 dan pesawat tempur F-15EX dari Amerika Serikat.

Meski belum memenuhi kebutuhan idelanya, namun terobosan Menhan Prabowo tersebut, kelak TNI-AU akan memiliki sekurang-kurangnya 388 pesawat siap tempur, terdiri dari:

Pesawa tempur = 193 
F-16 Fighting Falcon (33),Sukhoi Su-27 (5), Sukhoi Su-30 (11), Dassault Rafale (42dalam pesanan), Dassault Mirage 2000    (12 dalam pesanan), F-15E Strike Eagle    (36 dalam pesanan)
IFX-21 Eagle (dalam pengembangan), Hawk 200 (23), KAI T-50 (16 dalam pesanan), Embraer EMB-314 (15)

Patroli Maritim = 6
Boeing 737 (30), CASA/IPTN CN-235 (2), EADS CASA C-295 (1)

Tanker = 3
Airbus A400M Atlas (2 dalam pesanan), C-130 Hercules (1)

Angkut = 58
Boeing 737 angkut    (6),CASA/IPTN CN-235 (5), PTDI NC-212 Indonesia   (3), PTDI NC-212 Sppanyolc(9), C-130 Hercules (23), C-130J Super Hercules (3  dalam pesanan), EADS CASA C-295   (9)

Helikopter =30
MBB Bo 105 (2), Eurocopter EC 725 (9 dalam pesanan), Eurocopter AS332 (10), Aérospatiale SA330 (9), Sikorsky S-70M Black Hawk    (24 dalam pesanan)

Latih =90
BAE Hawk (7), Grob G 120TP    (30), KAI KT-1 Woongbi (14), Cessna 182 Skylane (2), Cessna 172 (3), Cessna T-41 Mescalero (15), Eurocopter EC120 (10), PTDI Wulung (3), CASC Rainbow    (6)

Nirawak =8
IAI Searcher (40), CAC Fox (4)

(raditya)**

Berita Lainnya

Index