Jakarta, (PAB)-Indonesia
Tergelitik dengan teori kehidupan, yang mengatakan bahwa bangsa-bangsa yang pernah besar dalam sejarahnya di masa lalu, cenderung akan mengalami kembali kebesarannya di masa yang akan datang. Atau dengan kata lain, bangsa-bangsa yang bisa besar sekarang dan di masa mendatang adalah bangsa-bangsa yang pernah besar di masa lalu.
Jika teori ini dipercaya, maka Indonesia akan mengalami hal itu. Sebab, sebelumnya Nusantara (yang kemudian menjadi Indonesia), di dalam sejarahnya telah pernah mengalami dua kali masa kejayaan.
Di Sumatera pernah berdiri kerajaan maritim yang berpengaruh luas bukan hanya atas Sumatera, tetapi juga atas Jawa dan Kalimantan dan bahkan hingga ke Semenanjung Malaysia, Kamboja, Vietnam, Thailand Selatan serta Filipina.
Ini bukti awal mengenai Sriwijaya berasal dari Abad Ke-7, ketika seorang pendeta Tiongkok (I Tsing) menulis bahwa ia mengunjungi Sriwijaya pada tahun 671 M dan bermukim di sana selama setengah tahun. Prasasti yang paling tua mengenai Sriwijaya juga berasal dari Abad Ke-7 yaitu prasasti Kedukan Bukit di Palembang.
Pada masa itu Sriwijaya menjadi pusat pembelajaran agama Buddha dan ramai dikunjungi para peziarah dan tokoh-tokoh agama Budha. Dalam politik, Sriwijaya disegani oleh negara-negara lain. Dalam perdagangan, Sriwijaya yang menguasai Selat Malaka dan Selat Sunda mengontrol jalur perdagangan antara dua pusat utama yaitu India dan Cina.
Sriwijaya memiliki banyak komoditas antara lain kapur barus, kayu gaharu, kapulaga, gading, emas, dan timah yang membawa kemakmuran bagi Sriwijaya. Sejarah juga mencatat pada masa Sriwijaya inilah berkembang bahasa Melayu sebagai lingua franca ke seluruh penjuru Nusantara.
Saksi bisu yang diantaranya adalah, candi-candi peninggalan kerajaan ini seperti Candi Borobudur, Candi Kalasan, Candi Sewu (seluruhnya di Jawa Tengah) serta Candi Muaro Jambi, Candi Muara Takus dan Biaro Bahal (di Sumatera Selatan).
Sekitar 7 abad kemudian, setelah kejayaan Sriwijaya, yakni pada abad ke-14, Kerajaan Majapahit mengalami masa kejayaan di bawah pemerintahan Raja Hayam Wuruk dan Mahapatih Gajah Mada. Kerajaan Hindu-Buddha yang berpusat di Trowulan Jawa Timur ini berdiri sekitar tahun 1293 M sampai 1500 M.
Menurut catatan Kakawin Negarakertagama, wilayah kekuasaan Majapahit mencakup selain Jawa juga Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Nusa Tenggara, Maluku, Papua, Semenanjung Malaysia, Singapura dan sebagian Filipina. Kerajaan ini disegani oleh negara-negara lain.
Majapahit juga menjalin hubungan dagang yang baik dengan Kamboja, Thailand, Birma, Vietnam dan Cina. Kita dapat menyaksikan banyak sekali bangunan peninggalan Majapahit, antara lain Kolam Segaran, Candi Bajangratu, Candi Tikus, Candi Brahu, Candi Wringin Lawang, Candi Gentong, Candi Kedaton, Pendopo Agung dan lainnya.
Setidaknya, jika siklus ini dipercaya, maka dapat dilihat dari Kerajaan Tarumanegara dalam siklus pertama hingga abad ke tujuh –periode Kerajaan Tarumanegara — yang dimulai oleh Raja bernama Jasingawarman (358-382 M), Raja Dharmayawarman (382-395 M), Raja Purnawarman (395-434 M).
Raja Wisnuwarman (434-455 M), Raja Indrawarman (455-516 M), Raja Candrawarman (515-535 M), Raja Suryawarman (535-561), Raja Kartawarman (561-628 M), Raja Sundhawarman (628-639 M), Raja Hariwangsawarman (639-640), Raja Nagajawarman (640-666), dan Raja Linggawarman (666-669 M) — lalu masuk periode kejayaan Kerajaan Sriwijaya.
Mungkin juga bentuk kejayaan itu nanti dalam wujud yang lain. Sebab pada masa jayanya Kerajaan Tarumanegara, yang menandai siklus pertama tujuh abad dari kejayaan bangsa nusantara hingga Kerajaan Sriwijaya serta berikutnya adalah kerajaan Mahapahit, tidak mustahil dapat terulang.
Karena dalam siklus tujuh abad kedua (700-1400 M), toh kemudian muncul Kerajaan besar di Jawa Timur yang ditandai oleh kerajaan besar di Jawa seperti Majapahit. Maka pada siklus tujuh abad dalam babak ketiga 1400 hingga sekarang 2021.
Periode kejayaan dari kerajaan Sriwijaya jelas ditandai oleh masa jayanya di bidang maritim yang memiliki pengaruh sangat luas di nusantara, sampai meliputi Semenjung Malaysia , Vietnan, Thailan Selatan hingga Filiphina. Jadi sungguh sangat mengagumkan dan meyakinkan bila masa berjaya bangsa nusantara akan kembali berulang pada abad ke-21 sekarang ini.
Artinya, siklus setiap tujuh abad itu sedang dimulai masuk pada momentum kegemilangan dari bangsa nusantara untuk menjadi mercu suar dunia seperti yang diyakini oleh banyak orang. Tampaknya langkah awal menuju ke titik puncak kejayaan itu sesungguh telah dimulai sejak 21 tahun silam (1400-sampai hari ini).
Tanda-tanda dimulainya kejayaan itu pun sudah diamanti para ahli, termasuk para ahli di Lembaga riset bisnis dan ekonomi yang sangat terpandang di dunia, seperti The McKinsey Global Institute, pernah menerbitkan laporannya berjudul "The Archipelago Economy: Unleashing Indonesia's Potential", yang menunjukkan dengan jelas kecenderungan kejayaan Indonesia di bidang ekonomi.
Dalam laporan itu McKinsey memperkirakan pada tahun 2030 Indonesia akan menempati peringkat ke-7 ekonomi terbesar dunia, sesudah Cina, AS, India, Jepang, Brazil, Rusia. Kini Indonesia menempati peringkat ke-16 ekonomi terbesar dunia sesudah AS, Cina, Jepang, Jerman, Prancis, Brazil, Inggris, Italia, Rusia, Kanada, India, Spanyol, Australia, Mexico dan korea Selatan.
Mckinsey memperkirakan kelas konsumen Indonesia akan meningkat dari sekarang 45 juta orang menjadi 135 juta orang pada tahun 2030 dan pekerja yang berpendidikan meningkat dari 55 juta orang sekarang ini menjadi 113 juta orang (2030).
Lebih hebat lagi, para pengamat ekonomi dan militer malam memprediksi puncak kejayaan Indonesia akan terjadi di tahun 2050. Trntu keseriusan Joko Widodo dan Ma’ruf Amin dalam mengorkestrasi pemerintahan yang melayani masyarakat Indonesia menjadi kunci untuk mencapai posisi itu.
Apabila berjalan sesuai rel demokrasi dan kondisi pemerintahan beberapa tahun terakhir, Republik Indonesia diprediksi oleh lembaga profesional dan audit Pricewaterhouse Coopers (PwC) akan menjadi kekuatan ekonomi nomor empat dunia pada tahun 2050. Indonesia menjadi power house ekonomi dunia di bawah China, India, dan Amerika Serikat!
Sementara prediksi Pricewaterhouse Coopers (PwC), di tahun 2030, urutan ekonomi dunia didominasi China, Amerika Serikat, India, Jepang, dan Indonesia! Hanya 11 tahun dari sekarang, Indonesia akan menjadi peringkat ke-5 kekuatan ekonomi dunia!
Adapun berdasarkan perhitungan yang disampaikan Ekonom Kepala PwC John Hawksworth, di tahun 2016, Indonesia menduduki peringkat ke-8 ekonomi dunia di bawah China, Amerika Serikat, India, Jepang, Jerman, Rusia, dan Brasil.
Atas analisis itu, artinya hanya Indonesia satu-satunya negara anggota ASEAN yang masuk 10 besar dan lima besar ekonomi dunia saat ini dan dalam 30 tahun mendatang. Produk domestik bruto Indonesia naik pesat dari 3.028 miliar dollar AS tahun 2016 menjadi 5.424 miliar dollar AS di tahun 2030 dan akan mencapai 10.502 miliar dolar AS tahun 2050.
Terkait dengan prediksi Indonesia ke depan juga menjadi perhatian Jero Wacik, mantan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata (2004-2011) pernah mengulas, bangsa Indonesia sekarang ini patut belajar dari sejarah.
Menurutnya, Majapahit menjelang kejayaannya menghadapi gangguan berupa perpecahan, hilangnya persatuan. "Kita ketahui pada masa itu terjadi perpecahan yang diakibatkan perpecahan di antara para penganut dua agama besar ketika itu (Buddha dan Hindu)," katanya.
Menghadapi perpecahan itu seorang budayawan terkemuka ketika itu yakni Mpu Tantular mengingatkan masyarakat melalui karya sastranya yang terkenal, "Kakawin Sutasoma". Dalam "Kakawin Sutasoma" itu dimuat ajaran "Bhinneka Tunggal Ika. Tan Hana Dharma Mangrwa". Bhinneka Tunggal Ika (berbeda-beda tetapi tetap satu) oleh para pendiri republik telah dijadikan semboyan negara kita.
Semboyan itu tertera pada pita Burung Garuda Pancasila yang men-cengkeramnya kuat-kuat agar tidak terlepas. Tan Hana Dharma Mangrwa (tidak ada kebenaran yang mendua) telah dijadikan sasanti Lemhanas.
"Kini pun gejala perpecahan itu, termasuk perpecahan di antara penganut agama-agama, harus terus-menerus kita waspadai agar jangan sampai menghalangi kita mencapai kejayaan," ingatnya
Di menyebutkan, Sila Persatuan Indonesia, sebagaimana sila-sila lainnya dari Pancasila, selalu aktual sepanjang abad. Mari kita pelihara persatuan itu dengan meningkatkan semangat toleransi kita akan kemajemukan. Mari kita cengkeram kuat-kuat pita Bhinneka Tunggal Ika untuk membawa kita kepada kebangkitan Indonesia di abad ke-21 seraya memenuhi panggilan sejarah akan kebenaran siklus tujuh abad zaman keemasan Nusantara.
Sementara pakar militer Connie Rahakundini Bakrie pernah mengingatkan, akan variabel lain yang penting dalam mengatur roda pemerintahan di Indonesia. Untuk memastikan Indonesia menjadi negara besar dan sejahtera perlu membenahi relasi militer dan penegak hukum, terutama kepolisian.
”Yang terjadi pascareformasi adalah pemisahan antara pertahanan, yang diembankan kepada TNI untuk menghadapi ancaman dari luar dan keamanan yang diserahkan kepada polisi untuk mengatur situasi aman di dalam negeri. Yang terjadi hari ini adalah militerisasi polisi dan demiliterisasi tentara,” kata Connie.
Selepas Reformasi 1998, reformasi TNI dan reformasi Polri dibiarkan berjalan sendiri-sendiri. Walaupun dalam realitas di lapangan banyak hal yang harus dikerjakan tentara, secara formal hal itu berada dalam kewenangan polisi. Walhasil, banyak dilakukan perbantuan atau bawah kendali operasi (BKO) TNI di bawah kepolisian.
Upaya membangun kultur patuh pada otoritas sipil di tubuh militer sulit dilakukan selama tidak jelas garis kewenangan polisi dan militer, terutama dalam isu keamanan.
Ditambah lagi kecemburuan terhadap makin luasnya peran polisi di berbagai sendi kehidupan masyarakat dan negara.
Connie Bakrie mengingatkan, adanya peredaran rekaman ujaran petinggi militer yang menganjurkan melawan negara di situasi seputar pemilu adalah bukti adanya persoalan yang belum selesai dan berbau politik.
Ditambahaknnya, pemisahan militer dari keamanan yang kemudian diproyeksikan menghadapi ancaman dari luar juga harus didukung dengan membangun industri pertahanan yang sanggup menghadapi ancaman dari luar, semisal potensi konflik Laut China Selatan.
”Nyatanya, itu tidak terjadi. Momentum pemerintahan 2019-2024 ini harus dimaksimalkan untuk mewujudkan gagasan poros maritim dunia. Poros maritim dunia berarti kita juga poros dirgantara dan daratan sebagai persimpangan kepentingan perdagangan dunia dan berbagai kepentingan lain,” ujar Connie.
”Dengan membangun poros maritim dunia secara serius, berarti membangun pertahanan dan kemampuan militer Indonesia yang sejalan dengan pembangunan ekonomi Indonesia,” lanjutnya.
Connie pun berharap Indonesia mampu membangun kekuatan militernya, untuk mengantisipasi berbagai kemungkinan yang terjadi di manadatang.
Apa yang digundahkan Connie Bakrie, nyatanya dipahami oleh Menteri Pertahanan era Jokowi, yakni Prabowo Subianto. Kerja kersa Probowo, nyatanya investasi pertahanan yang dilakukan Kemenhan diprediksi akan siap pakai dalam kurun waktu 3-5 tahun ke depan.
Adapun investasi pertahanan ini tak terlepas untuk memberikan keuntungan bagi masyarakat Indonesia dan keutuhan NKRI, serta menjamin keberlangsungan pembangunan nasional.
Kepala Badan Sarana Pertahanan Kemhan Yusuf Jauhari kepada CNBC Indonesia, pernah menjelaskan, bahwa kegiatan kontrak pengadaan Alutsista di Kemhan RI telah berjalan sesuai waktu yang ditentukan, baik dalam penandatanganan kontrak, proses produksi maupun penyerahan barang dengan perkembangan.
Untuk pengadaan Matra Darat, kata dia, seluruh kontraknya sudah berproses dengan durasi waktu yang akan selesai sekitar 1-3 tahun ke depan. Sedangkan, untuk Matra Laut akan berproses dan diprediksi selesai sekitar 2-5 tahun ke depan, dan pengadaan Matra Udara seluruh kontraknya sudah berproses dan akan selesai dengan prediksi kurun waktu sekitar 2-4 tahun ke depan.
Sementara untuk pengadaan peningkatan fasilitas kesehatan TNI, seluruh kontraknya sudah berproses dengan durasi waktu sekitar 1 tahun akan selesai. Yusuf menyebut beberapa daftar pengadaan alutsista yang dipesan merupakan kerja sama antara Kemhan RI dengan BUMN dan swasta.
Berbagai alustsista yang diborong Kemhan dalam rangka memperkuat militer RI, yaitu:
1. Pengadaan Alat-alat Utama Matra Darat
- Harwat/Overhaul/Upgrade Bell 412
- Rampur Badak Kanon 90mm
- Ran Komando Jabatan Gol V (maung)
- Rampur Anoa (basic)
- Kendaraan satuan operasional: SPM 150 cc, SPM listrik, Rantis 4x4
2. Pengadaan Alat-alat Utama Matra Laut
- Kapal Offshore Patrol Vessel
- Frigate
- Kapal (KCR) 60
- Refurbishment 41 KRI
- Submarine Rescue Vehicle system
- Kapal Full Combat Mission
- Pesud Fix Wing Angkut atau Cargo sedang.
Baca:Prabowo 'Bolak -balik' Borong Senjata & Pesawat, Ada Apa?
3. Pengadaan Alat-alat Utama Matra Udara
- Pesawat Rafale dan dukungannya
- Pesawat A-400M dan dukungannya
- Pesawat Angkut Berat (pesawat C-130J-30 Super Hercules)
- Modernisasi pesawat C-130H/HS
- (A) MRCA / Mirage 2000 (beserta dukungannya)
- Pesawat lift dan dukungannya
4. Pengadaan peningkatan fasilitas kesehatan TNI, meliputi fasilitas kesehatan TNI AD, TNI AL, dan TNI AU. (raditya)