Obsesi Indonesia Ekspor Kapal Selam

Obsesi Indonesia Ekspor Kapal Selam
Kapal selam Scorpene

Jakarta, (PAB-Indonesia)

Sejak menjabat sebagai Menteri Pertahanan RI, Prabowo Subianto tidak sekedar ingin memperbaharui Alutsista (Alat Utama Sistem Senjata), tapi Prabowo juga punya obsesi mengekspor kapal selam buatan PT PAL di Surabaya.

Prabowo bahkan menyebutkan, kalau investasi pertahanan yang dilakukan Kementerian Pertahanan diprediksi akan siap pakai dalam kurun waktu 3-5 tahun ke depan.

Adapun investasi pertahanan ini tak terlepas untuk memberikan keuntungan bagi masyarakat Indonesia dan keutuhan NKRI, serta menjamin keberlangsungan pembangunan nasional.

Sejumlah kontrak pengadaan Alutsista di Kemhan RI pun telah berjalan sesuai waktu yang ditentukan, baik dalam penandatanganan kontrak, proses produksi maupun penyerahan barang dengan perkembangan.

Untuk pengadaan Matra Darat, misalnya, Prabowo menyebutkan seluruh kontraknya sudah berproses dengan durasi waktu yang akan selesai sekitar 1-3 tahun ke depan. Sedangkan, untuk Matra Laut akan berproses dan diprediksi selesai sekitar 2-5 tahun ke depan, dan pengadaan Matra Udara seluruh kontraknya sudah berproses dan akan selesai dengan prediksi kurun waktu sekitar 2-4 tahun ke depan.

Sementara untuk pengadaan peningkatan fasilitas kesehatan TNI, seluruh kontraknya sudah berproses dengan durasi waktu sekitar 1 tahun akan selesai.

Beberapa daftar pengadaan alutsista yang dipesan merupakan kerja sama antara Kemhan RI dengan BUMN dan swasta.
Berbagai alustsista yang diborong Kemhan dalam rangka memperkuat militer RI, yaitu:

1. Pengadaan Alat-alat Utama Matra Darat
- Harwat/Overhaul/Upgrade Bell 412
- Rampur Badak Kanon 90mm
- Ran Komando Jabatan Gol V (maung)
- Rampur Anoa (basic)
- Kendaraan satuan operasional: SPM 150 cc, SPM listrik, Rantis 4x4

2. Pengadaan Alat-alat Utama Matra Laut
- Kapal Offshore Patrol Vessel
- Frigate
- Kapal (KCR) 60
- Refurbishment 41 KRI
- Submarine Rescue Vehicle system
- Kapal Full Combat Mission
- Pesud Fix Wing Angkut atau Cargo sedang.

3. Pengadaan Alat-alat Utama Matra Udara
- Pesawat Rafale dan dukungannya
- Pesawat A-400M dan dukungannya
- Pesawat Angkut Berat (pesawat C-130J-30 Super Hercules)
- Modernisasi pesawat C-130H/HS
- (A) MRCA / Mirage 2000 (beserta dukungannya)
- Pesawat lift dan dukungannya

Kedepannya, Prabowo menginginkan Indonesia bisa berdikari bidang alutsista dan pertahanan. "Kita menuju ke kemampuan, kita harus berdiri di atas kaki kita sendiri. Kita belajar sekarang, kita ambil teknologi mereka, tapi kita wajibkan harus ada transfer of technology," kata Prabowo.

"Dan harus ada sebagian local content, harus mereka kerja sama dengan industri kita, itu ketentuan kita," imbuh dia.

Pada APBN tahun 2023, Menteri Pertahanan mendapatkan anggaran sebesar Rp134 triliun. Sebagian dari dana tersebut akan digunakan untuk meremajakan atau modernisasi alutsista yang dimiliki militer Indonesia.

Terkait jumlah anggaran tersebut, angka tersebut tidaklah besar karena tidak sampai 1 persen dari GDP Indonesia.

Terkait dengan keinginan Prabowo Indonesia harus mandiri di bidang alutsista, Menhan RI ini terobsesi mengekspor kapal selam buatan Indonesia, yang diproduksi di PT PAL Surabaya.

Kapal selam yang jadi obsesi Menhan itu berjenis kapal selam Scorpene. Kapal selam ini  mampu membawa 30 ranjau laut dan melaju 20 knots (37 kilometer/jam) di dalam air dan 12 knots (22 kilometer/jam) di permukaan. Kapal selam ini juga disebut dibangun secara khusus dengan berbekal sistem tempur Submarine Tactical Integrated Combat System (SUBTICS) yang juga diterapkan pada kapal selam nuklir AL Prancis.

Dari sisi varian, kapal selam Scorpene ini terdiri dari empat varian yaitu CM-2000 (61,7 meter) AM-2000 (70 meter), CA-2000, dan S-BR (75 meter).

Varian CM-2000 adalah kapal selam diesel listrik konvensional. Sementara AM-2000 sudah dibekali teknologi Air Independent Propulsion (AIP) yang membuatnya lebih tahan lama ketika menyelam.

Sedangkan varian CA-2000 yang berukuran lebih kecil difungsikan secara khusus untuk menjaga pantai. Varian ini menggunakan uap bahan bakar untuk menggerakkan turbin dan juga menghasilkan listrik. Dengan begitu, kapal selam bisa menyelam dalam waktu hingga tiga minggu.

Kapal selam Scorpene punya senjata termasuk torpedo anti-kapal dan anti-kapal selam, serta rudal jarak jauh untuk melumat musuh. Kapal selam ini bisa menyelam di kedalaman 300 meter.

Scorpene bisa membawa 32 kru dan disebut memiliki teknologi senyap mutakhir, yang membuat kapal selam ini sulit dideteksi oleh lawan. Selain itu, keunggulan kapal selam Scorpene juga diklaim memiliki teknologi tinggi yang mampu mendeteksi musuh dalam jarak yang jauh.

Pada bagian senjata, Scorpene dibekali dengan enam tabung peluncur torpedo 533 mm yang bisa meluncurkan torpedo kelas berat Black Shark atau rudal anti kapal Exocet SM.39. Sejumlah negara menggunakan kapal selam ini seperti Malaysia, Chile, Brasil hingga India.

Harga kapal selam Scorpene pun beragam tergantung jenis, spesifikasi serta kelengkapan persenjataan yang diminta. Rata-rata biaya pembuatan kapal selam Scorpene ini mencapai US$ 450 juta atau sekitar Rp 6,4 triliun.

Sejumlah Negara Asia sudah menggunakan kapal selam jeni ini, diantaranya India dengan enam kapal selam Scorpene. Total biaya pembuatan kapal selam Scorpene ditaksir mencapai angka USD 3,7 miliar atau sekitar Rp 53,8 triliun. Artinya, harga satu unit kapal selam Scorpene pesanan India bisa sekitar Rp 9 triliun.

Indonesia telah membeli kapal selam Scorpene buatan Prancis. Pembelian dua unit kapal selam baru ini tentunya bakal untuk peran KRI Nanggala-402 yang tenggelam tahun lalu. Tak sekedar membeli, Indonesia pun telah melakukan alih teknologi dan mulai membangun kapal selam jenis ini di PT PAL.

Keinginan Indonesia membangun kapal selam jenis ini, karena telah mendapat angin segar dari Naval Group, yang merupakan produsen kapal selam Scorpene. Mereka  mengajak sebanyak mungkin industri lokal Indonesia untuk bekerja sama. Mereka menargetkan 85 persen dari komponen kapal selam itu berasal dari perusahaan Indonesia.

Hal ini disampaikan Direktur Kerja Sama Internasional dan Ofset Naval Group Claire Legaz dalam presentasinya di acara Bilateral Defense and Security Industry Seminar, di Jakarta, Rabu (8/3/2023).

Menurut Claire, Naval Group menawarkan dua kapal selam Scorpene kepada Pemerintah Indonesia. Saat ini, telah ada pembicaraan intensif dengan PT PAL terkait transfer of know how kepada PT PAL.

Selain dengan PT PAL, Claire mengajak keterlibatan industri Indonesia yang lain. Tujuannya agar ada peningkatan konten lokal, ofset, serta imbal dagang. Sesuai dengan UU Industri Pertahanan, pembelian alutsista mensyaratkan ada 85 persen yang berasal dari imbal dagang, kandungan lokal, dan ofset.

”Kerja sama ini bisa menguatkan juga perusahaan lokal Indonesia agar bisa mencapai kedaulatan,” katanya.

Claire mengatakan, pembelian kapal selam jenis ini, diharapkan kedepan Indonesia dapat membangunan kapal selam jenis ini galangan kapal PT PAL di Surabaya.

Claire mengatakan, ini adalah bentuk kerja sama yang sangat ambisius. Namun, menurut dia, skema yang sama juga dilakukan Naval Group di beberapa negara lain yang membeli kapal.

Di Brasil, yang membeli empat Scorpene, Naval Group bekerja sama dengan perusahaan lokal dalam bidang bantuan teknis, infrastruktur, dan torpedo F21. India juga membangun sendiri enam kapal selam Scorpene yang dibelinya dari Naval Group. Sementara Malaysia yang sebelumnya membeli dua Scorpene telah membeli enam kapal korvet Gowind, termasuk fasilitas penunjangnya.

Kepala Divisi Transfer Teknologi dan Ofset Komite Kebijakan Industri Pertahanan (KKIP) Yono Reksoprodjo mengatakan, hingga saat ini anggaran pembelian alutsista dari luar negeri masih lebih besar dari dalam negeri. Hal ini menjadi kesempatan bagi para produsen alutsista luar negeri untuk mendapat pasar.

Yono mengharapkan para produsen dari luar negeri itu tidak melihat penjualan alutsista ke Indonesia sebagai proyek jangka pendek. Pasalnya, pemerintah mengharapkan ada kerja sama jangka panjang. Menurut Yono, belum semua industri pertahanan asing, terutama di tingkat 2 dan 3, paham tentang berbagai kesempatan bagi mereka untuk kerja sama dengan industri lokal.

PT PAL Indonesia menargetkan, bisa mengekspor kapal selam dengan 100% komponen lokal pada tahun 2045, mendatang. Hal itu termasuk dalam road map perusahaan, dimana ada empat fase yang akan dilalui untuk mencapai target tersebut.

"Tentunya ada fase satu sampai fase keempat. Fase keempat sendiri kalau bisa total whole local engineering production sampai 2045 itu sampai kita bisa mengekspor semuanya, dari pra produksi semuanya di lokal," kata General Manager PT PAL Indonesia, Satriyo Bintoro.

Bintoro menjelaskan, saat ini perkembangan dari target tersebut sudah mencapai 25% atau sudah menyelesaikan fase pertama dan sudah masuk ke fase kedua.

"Jadi fasenya tiap 7 tahunan karena rata-rata pembuatan kapal selam yaitu 6 tahun, yang satu tahun itu biasanya setelah proyek selesai itu ada evaluasi proyek. Jadi per 7 tahunan tiap fasenya," jelas Bintoro.

Pada fase kedua, PT PAL memperkuat kemitraan dengan Naval Group, perusahaan internasional dalam pertahanan angkatan laut dan ahli dalam pengetahuan angkatan laut Prancis dengan menyelenggarakan "Industry Day” selama dua hari di Jakarta pada sejak 10-11 Mei 2023.

Gelaran ini memiliki beberapa tujuan, di antaranya mempresentasikan proyek Scorpene kepada Perusahaan Pertahanan Indonesia dan menciptakan kesadaran dan agar PT PAL dapat mengidentifikasi pemasok untuk tahap konstruksi Scorpene.

Tujuan selanjutnya adalah untuk mengizinkan Naval Group dan pemasok utamanya dari Prancis dan Eropa untuk mengidentifikasi perusahaan pertahanan Indonesia dalam prospek melokalkan beberapa kegiatan industri dan pengadaan mereka selama fase konstruksi dan pemeliharaan Scorpene.

Selanjutnya mendorong pemasok Prancis dan Eropa dari Naval Group untuk mengidentifikasi dan menyesuaikan dengan peluang dalam negeri di luar proyek Scorpene dan untuk pasar ekspor agar Naval Group dapat menjadikan mereka sebagai bagian dari LCO. Dan yang terakhir memanfaatkan momen ini untuk memperkuat kerja sama bilateral antara otoritas Indonesia dan Prancis. (karno raditya)

 

Berita Lainnya

Index