Beruntung Kapolsek Percut Sei Tuan segera Datang!

Warga Metrologi Sampali Nyaris Bentrok dengan Sekelompok Massa Ormas

Warga Metrologi Sampali Nyaris Bentrok dengan Sekelompok Massa Ormas
Terlihat Kapolsek Percutseituan AKP Jan Piter Napitupulu tiba di lokasi dan tampak berdialog dengan masyarakat.

DELISERDANG,(PAB)----

Puluhan warga yang bermukim di Jalan Metrologi, Desa Sampali,  Kecamatan Percutseituan Kabupaten Deliserdang nyaris bentrok dengan sekelompok orang yang berniat akan melakukan pemagaran beton di atas lahan yang usahai ratusan warga setempat, Senin (26/4/2021).

 

Beruntung kericuhan warga dengan sekelompok orang yang bernaung di salah satu ormas dapat segera terhentikan atas kehadiran Kapolsek Percut Sei Tuan, AKP Jan Piter Napitupulu dan anggota yang tiba di lokasi kejadian tepat waktu.

 

"Tidak ada preman di Percutseituan ini. Tidak kita biarkan," seru Jan Piter sesampainya di lokasi yang disambut sorak warga.

 

Kapolsek  Percut Sei Tuan,  Jan Pitter yang tiba langsung mengambil tindakan penghentian sementara proses pembangunan pagar beton yang berada dilokasi lahan.

 

"Kami dari Percut Sei Tuan ke lokasi untuk menghentikan pembangunan pagar. Ini upaya untuk mencegah bentrok, dan kedua pihak akan kita mediasikan dalam waktu dekat, kalau tak di kantor desa, ya dikantor camat. Untuk saat ini situasi sudah kondusif, meski tadi ada sedikit kericuhan karena mereka (kelompok warga) hanya ingin mempertahankan tempat tinggalnya dan kita akan mediasi antara kedua belah pihak," ujar Jan Pitter.

 

Sementara itu, sebelumnya kericuhan warga dengan sekelompok ormas yang mengkawal kelompok kerja pemagaran lahan yang datang ke lokasi warga sempat ricuh, warga tak mau adanya pemagaran di lahan yang sudah menjadi tempat tinggal dan tempat mencari nafkah mereka bertahun- tahun dipagar beton oleh pihak lain yang mengaku memiliki hak dilahan tersebut.

 

Akibat ingin melakukan pembetonan, aksi sekelompok pekerja dan ormas tersebut saling adu mulut dan bersitegang, akibatnya seorang anak menjadi korban karena terdorong oleh massa yang tidak dikenal warga itu, bahkan salah seorang wartawan Tribun bernama Kristen Edi Sidahuruk diduga menjadi korban intimidasi dari kelompok pekerja yang membuat pagar.

 

Salah seorang warga, Marsaulina Sitompul (51) mengatakan, mereka datang awalnya dengan menggunakan truk.

 

"Di dalam truk itu sudah membawa material bahan bangunan. Saya coba hadang dengan meminta agar jangan diturunkan material," katanya dilokasi.

 

Dikatakannya, dirinya yang mencoba menghadang berusaha untuk berkomunikasi dengan kelompok yang datang.

 

"Saya coba berbicara baik-baik. Saya bilang, jangan dulu. Kawan-kawan di desa ini sedang berada di kantor desa membahas permasalahan ini. Namun mereka gak mau, jadinya bentrok," katanya.

 

Dikatakannya, aksi sekelompok orang tersebut sudah terjadi dua kali, hal serupa sudah pernah terjadi yang berujung dengan musyawarah pembahasan di Kantor Desa Sampali.

 

"Ini merupakan aksi yang kedua, yang pertama hari Jum'at, saat kericuhan warga di sini dan massa yang tidak dikenal terjadi saling tolak, Ia menolak saya. Mendorong saya. Dan ada anak-anak di dorong mereka. Kami di sini hanya untuk hidup, bercocok tanam. Kami petani kecil, saya berharap pemerintah bisa memperhatikan nasib kami rakyat kecil ini. Kami tinggal di sini sudah dari tahun 1997. Memang kami tinggal di sini, tanpa ada surat lahan. Tapi kan ini sudah lama dilepas," ungkapnya.

(Evi)

 

 

Berita Lainnya

Index