Deliserdang, (PAB)--
Masyarakat Tanjung Anom Heboh sehubungan dengan adanya murid SDN 101830 kelas 2A hilang dijam belajar sekolah pada hari Rabu minggu lalu, mulai dari masalah keresahan orang tua murid lain, tanggapan sanksi kepada kepala sekolah, hingga rumor hasil visum.
Hal ini berhubungan Orang tua murid hilang ini telah menggiring masalahnya keranah hukum.
Kepala Dinas Pendidikan Deliserdang melalui Kabid Pembinaan SD Samsuar Sinaga telah turun memberi binaan/ arahan bagi jajaran pendidik dikompleks SD tersebut. dan pihak sekolahpun telah berbenah memblok titik rawan memagar lokasi belakang sekolah.
Namun, bagaimana dengan si murid berinisial Mawar (Nama Samaran) yang dijanjikan Samsuar akan dijenguk kerumahnya dengan membawa psikolog??.
"Dia baik-baik saja. Saya telah mengutus Kepsek untuk menjenguk. Ada rekaman videonya", terang Samsuar melalui phonsel 14/9.
Menindaklanjuti pernyataan Samsuar Awak media menelusuri kekediaman AN yang telah lebih seminggu tak masuk sekolah.
Ternyata benar, Mawar ditemui dalam keadaan riang bermain, selepas itu sholat magrib ke mesjid bersama saudaranya dan sempat menyalam awak media.
"Iya om mau Sholat Magrib", santunnya sambil dilepas orangtuanya.
Devi, orang tua Anisa membenarkan adanya kunjungan Pihak Sekolah kerumahnya, namun tanpa kehadiran seorang Psikolog.
Kepada wartawan orang tua Mawar meyakinkan bahwa anaknya tak ada gangguan fisik ataupun psikis namun belum memastikan kapan akan kembali bersekolah dan ia menyatakan hasil visum belum keluar.
" Tadi Pihak Kepolisian olah TKP, dan dalam waktu dekat 4 saksi akan dipanggil, Kepsek, Guru Kelas dan 2 saksi dari orang tua murid lain" jelas Devi.
Persoalan murid hilang di jam sekolah ini mengundang Tanggapan Pemerhati Pendidikan dari NGO Topan AD Dra. Yeti Defrina.
Menurut Yetti, akar masalah adalah kelalaian Pihak Sekolah dan Kepsek penting diberi sanksi oleh Dinas untuk Effek jera sebagai pembelajaran bagi sekolah lain dilingkungan Sekolah Dasar di Deliserdang.
"Seyogianya, fungsi pengawasan sebagai perpanjangan dinas harus lebih di intensifkan lagi lewat UPT yang ada di setiap kecamatan, melihat kelayakan sapras proses belajar mengajar di lingkungan sekolah, apakah sudah aman nyaman?, dalam hal ini ada kelalaian Dinas pendidikan Deli Serdang, Korcam dan kepala sekolah, yang tidak mampu menciptakan kondisi aman dan nyaman," tutur pemerhati pendidikan ini seraya ia melihat gedung sekolah ini hanya bagus tampak luarnya saja.
"Untuk apa hanya mempercantik depan sekolah belakangnya bobrok, hingga murid kecolongan,"ketus Yetti sambil berharap Pihak Dinas dapat bersikap tegas, dan prihatin dengan murid sekolah yang bernasib malang.
Tak jauh dari Tanjung Anom, pada Bulan Mei lalu seorang murid SDN 02 di Desa Tuntungan II Kecamatan Pancur Batu diterpa pelecehan seksual dan sempat menghebohkan warga desa sekitar.
"SF" inisial namanya, bagaimana nasibnya sekarang??
SF kini telah pindah sekolah, dan Pelaku Peleceham "AM", telah diringkus dan proses hukumnya telah dididangkan PN Lubuk Pakam.
"Kmarin saya ditelpon Orang tua korban minta didampingi untuk menghadiri Sidang", jelas Babinsa Tuntungan II Serka Josua kamis 4/9.
Lanjut Josua, SF telah pindah dari SDN 02 Tuntungan ke Sekolah Madrasah di Tanjung Pura dikediaman kakeknya. Sejak awal buat laporan pengaduan Babinsa Josua mengaku selalu mendampingi Orang tua korban SF tanpa kehadiran Pengacara. Maklum SF seorang anak Yatim sedangkan ibunya pekerja pabrik opak.
"Yang saya tahu melalui Kades Anisa ada dapat santunan dari Dinas Sosial, namun dari Dinas Pendidikan saya tak pernah tahu apakah ada tali asih", tambah Babinsa Josua.
Kepsek SDN 02 Tuntungan Linda Wati Tarigan melalui phonselnya membenarkan SF sianak yatim korban pelecehan telah keluar dan telah berkoordinasi dengan pihak sekolah yang dituju terkait masalah dapodik SF.(AG)
"Masalah tali asih tak ada pak, tak ada anggaran kami. Namun secara pribadi sayalah", kata Linda.(AG/Tim)