MEDAN, (PAB)--
Bagaimana karakteristik gereja masa depan?, pertanyaan ini membuka diskusi dengan Penatua Shirley Mauren van Houten – Sumangkut, M.M. “Majelis Sinode GPIB menyadari perkembangan dunia digital sangat pesat, hal ini menjadi tantangan bagi GPIB untuk peka, bersusaha beradaptasi guna menguasai dan memanfaatkan teknologi informasi”, demikian tanggapan pembuka beliau.
Beliau yang juga Ketua IV Majelis Sinode GPIB menyatakan bahwa Departemen Pemberdayaan Ekonomi Gereja (PEG) yang dibawahinya saat ini selain menangani pemberdayaan ekonomi gereja, juga sedang giat melaksanakan pendataan atas asset dan sumberdaya yang dimiliki GPIB. “Kegiatan pendataan ini dimaksudkan untuk mengetahui potensi utuh GPIB, dan semua asset ini didata dan dikelola dalam sistem digital”, ujar beliau terkait peran teknologi informasi. Namun beliau juga mengungkapkan bahwa masih terdapat beberapa kendala untuk dapat memanfaatkannya, yang menandai pentingnya penguasaan teknologi digital dalam GPIB.
Saat ini departemen PEG GPIB sedang membangun platform marketplace, yang dimaksudkan untuk menampung sumberdaya jemaat yang sangat besar. “Dengan membuka seluasnya informasi atas sumberdaya jemaat, maka ekonomi jemaat diharapkan akan tumbuh. Pertumbuhan ekonomi jemaat itu pasti meningkatkan ekonomi gereja” demikian beliau menegaskan.
Pnt. Shirley juga menyatakan bahwa tantangan membangun sistem ini tidak mudah. Namun kita harus sadar bahwa memberdayakan asset jemaat GPIB yang sangat besar ini adalah sebuah keniscayaan. Beliau juga menyinggung pada apa yang dilakukan di Musyawarah Pelayanan Sumatera Utara dan Aceh (MUPEL Sumut-Aceh), dengan diakonia transformatifnya, menyadari potensi sumberdaya jemaat, memfasilitasi perniagaan untuk dapat menguatkan ekonomi jemaat. “Usaha diakonia transformatif seperti inilah yang menjadi penciri diakonia gereja masa depan”, tegas beliau.
Diakonia Transformatif adalah topik menarik yang menjadi salah satu agenda Persidangan Sinode Tahunan dan Konven Pendeta GPIB 2023. Pada kesempatan terpisah Pdt. Johny Alexander Lontoh, M.Th., M.Min. Ketua Panitia PST dan Konven Pendeta GPIB 2023, sekaligus Ketua MUPEL GPIB Sumut-Aceh, menyatakan bahwa Majelis Sinode telah menunjuk MUPEL GPIB Sumut-Aceh sebagai Narasumber dalam diskusi tentang Diakonia transformatif ini.
Penetapan MUPEL GPIB Sumut-Aceh sebagai narasumber ini dilandasi pengalaman pelaksanaan Diakonia Reformatif yang telah dilaksanakan selama ini. Beberapa tahun terakhir ini, MUPEL Sumut-Aceh, telah melaksanakan beragam kegiatan Diakonia Reformatif. Salah satu yang menonjol adalah gagasan merintis saluran tataniaga produk hortikultura dari petani yang juga jemaat GPIB di Desa Mitra Parsingguran, ke Medan.
“Membawa produk hortikultura dari Mitra Parsingguran ke Medan dan mendistribusikannya ke seluruh jemaat GPIB dan konsumen potensial di Medan, membuat harga yang diterima petani lebih tinggi, dibanding bila petani harus menjual ke tengkulak. Dengan penerimaan yang lebih tinggi ini petani lambat laun akan menjadi lebih mandiri, tidak tergantung pada ijon, dan tentu meningkatkan perekonomian petani dan gereja. Itulah esensi diakonia transformatif yang memandirikan”, ujar Pdt. Johny bersemangat.
“Tukar pengalaman dan diskusi tentang diakonia transformatif dalam Persidangan Sinode Tahunan dan Konven Pendeta GPIB 2023 akan dapat menjadi sumber inspirasi dan kesempatan menajamkan implementasi diakonia transformatif diantara pimpinan jemaat GPIB”, pungkas beliau mengakhiri wawancara.
Sebagaimana diketahui Gereja Protestan Indonesia di Indonesia Barat (GPIB) akan segera mengadakan perhelatan nasional di Kota Medan. Tepatnya di Gedung Alpha Omega GPIB Immanuel Medan. Musyawarah Pelayanan (MUPEL) GPIB Sumatera Utara akan menjadi Tuan dan Nyonya Rumah Persidangan Sinode Tahunan dan Konven Pendeta GPIB 2023. Perhelatan ini akan dilaksanakan pada Tanggal 21-26 Februari 2023 yang akan datang . (Red)

