Mahfud MD: Persoalan Bangsa Terjadi Karena Kesenjangan Sosial

Mahfud MD: Persoalan Bangsa Terjadi Karena Kesenjangan Sosial

Jakarta. (PAB)-----

Ketua Umum Asosiasi Pengajar Hukum Tata Negara-Hukum Administrasi Negara (APHTN-HAN) Mahfud MD mengatakan bahwa masalah bangsa saat ini bukan soal keyakinan, melainkan kesenjangan sosial.

Mahfud mengatakan hal tersebut dalam acara Curah Rasa dan Pendapat Para Tokoh Nasional, Refleksi Kebangsaan Rawat Kebinekaan Untuk Menjaga Keutuhan NKRI di Gedung Nusantara Gedung MPR.

Selain menghadirkan para undangan dari tokoh nasional, tokoh agama, juga hadir dari kalangan budayawan, tokoh adat dan suku. Hadir dalam acara tersebut, Ketua MPR Zulkifli Hassan, Jimly Ashiddiqie, K.H. Salahuddin Wahid, Jendral (pur) Try Sutrisno, Hidayat Nur Wahid dan E.E Mangindaan.

Sedangkan dari kalangan tokoh budayawan dan tokoh agama di antaranya hadir, Benny Susetyo atau yang biasa disapa Romo Benny, Bachtiar Nashir, Jaya Suprana, HS Dillon, Sandyawan Sumardi (Romo Sandy), Franz Magnis Suseno dan Romo Mudji Sutrisno, serta Uung Sendana, ketua Matakin dari perwakilan Majelis Tinggi Agama Konghucu Indonesia.

Jimly Asshiddiqie selaku moderator mengatakan, pertemuan Curah Rasa dan Pendapat Para Tokoh Nasional ini mungkin belum sempurna. "Majelis Permusyawaratan Rakyat siap sebagai rumah rakyat untuk menampung ide dan pembicaraan mengenai pentingnya kerukunan negara ini," katanya.

Lebih lanjut dia mengatakan, istilah yang dipakai dalam dialog ini adalah curah rasa dan pendapat dan refleksi kebangsaan, bukan hanya curah rasionalitas. "Saya hanya mengatur lalu lintas, saya persilakan bapak ibu bergantian memberi pendapatnya," kata Jimly.

Mahfud MD tampil sebagai tokoh pertama dalam acara yang dimulai pukul 13.00 WIB ini. Dia mengatakan, merasa ada sekelompok kecil, yang merasa kelompoknya harus dominan di negeri ini, karena kelompoknya dianggap terbesar secara sosial. Demikian seperti yang dilansir dari JPNN.

"Ada sekelompok kecil orang Islam. Membuat garis perjuangan. Kalau mainstream umat Islam tidak begitu. Seperti, NU dan Muhammadiyah. Tidak ada masalah dengan Pancasila, tidak ada saling dominan. Ini negara kekeluargaan dan gotong royong," ujarnya. *(rdt)

Berita Lainnya

Index