Airlangga Mulai Digadang Gadang Jadi Pendamping Jokowi

Airlangga Mulai Digadang Gadang Jadi  Pendamping Jokowi

Jakarta, (PAB)---

Aktif sejak muda di berbagai organisasi tak menghalangi Airlangga Hartarto menuntaskan pendidikannya. Sukses di dunia usaha, ia terjun ke politik. Puncaknya, ia berhasil mengikuti jejak sang ayah menjadi menteri industri.

Airlangga Hartarto lahir di Surabaya, 1 Oktober 1962 dari pasangan Hartarto Sastrosoenarto–R.Hartini Soekardi. Meski lahir di Surabaya, ia meneruskan sekolah menengahnya di SMA Kolese Kanisius Jakarta. Ia dikenal sebagai pribadi yang aktif. Saat di SMA, ia menjadi ketua OSIS.

Setelah lulus SMA, Airlangga Hartarto melanjukan kuliahnya di Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta mengambil Jurusan Teknik Mesin di Fakultas Teknik dan lulus pada tahun 1987.

Di UGM pun, ia tak sekadar menimba ilmu melainkan aktif berorganisasi. Ia diberi kepercayaan menjadi Ketua Umum Senat Mahasiswa Fakultas Teknik UGM. Kecintaannya pada dunia aktivis tak membuat ia melupakan bangku kuliahnya. Justru semangat belajarnya, ia teruskan hingga master dan diraihnya di luar negeri.

Dari UGM, ia melanjutkan program S2 di Wharton School University of Pennsylvania, Philadelphia, Amerika Serikat, program Master of Business Administration (MBA), Monash University Australia, dan terakhir ia menuntut ilmu di Melbourne Bussiness School University of Melbourne.

Berbekal ilmu yang dimilikinya, Airlangga pun mengokohkan dirinya sebagai pengusaha yang sukses. Ia memiliki banyak bisnis dengan berbagai perusahaan. Di antaranya,  PT. Graha Curah Niaga yang bergerak di bidang agraria (pupuk), di PT. Jakarta Prime Crane, PT. Bisma Narendra, dan Komisaris PT. Sorini Corporation Tbk.

Pria yang memiliki darah Pasundan dari sang kakek ini, memulai kiprah di dunia politik sebagai Wakil Bendahara DPP Golkar periode 2004-2009. Selanjutnya, Airlangga berhasil menjadi Anggota DPR-RI periode 2009-2014, 2014-2019 dengan Daerah Pemilihan (Dapil) Jawa Barat V.

Pada tahun 2016, terjadi perombakan (reshuffle) Kabinet Kerja Jilid II. Putra dari mantan Menteri Perindustrian ternama di era Presiden Soeharto, Ir. Hartarto, ini pun terpilih untuk menduduki kursi yang sama dengan sang ayah. Airlangga mewakili Partai Golkar menggantikan Saleh Husin dari Partai Hanura.

Kini dia digadang gadang sosok yang tepat mengampingi Jokowi dalam Pilpres mendatang.

Signal itu mulai muncul ketika Wakil Presiden M Jusuf Kalla menilai ada dua kriteria pokok yang penting bagi calon wakil presiden untuk berpasangan dengan calon Presiden Joko Widodo dalam pemilihan presiden 2019.

"Ada kriteria pokok dua hal, pertama bisa menambah elektabilitas, tidak mengikuti elektabilitasnya Pak Jokowi, harus menambah, harus menambah konstituen, harus dikenal, harus baik, harus ada pemilihnya," katanya seusai memberikan arahan dalam Rapimnas Institut lembang 9 di Jakarta, Senin.

Kedua, menurut JK, harus memiliki ketokohan dan kepemimpinan sehingga bisa menjadi Presiden bila diperlukan.

"Kedua harus bisa menjadi presiden, dari enam presiden kita, dua wakil menjadi presiden, Bu Mega dengan Pak Habibie, artinya tokoh itu harus matang, karena kalau tidak, pengalaman Pak Habibie dan Ibu Mega, kalau tidak siap, bagaimana?" ujarnya.

Selain itu, menurut dia, Wakil Presiden juga memiliki pengalaman dalam pemerintahan. "Kalau tidak pengalaman di pemerintahan juga sulit nanti mengatur orang pemerintah," ucapnya.

Menurut JK, calon wakil presiden bisa dari birokrat, profesional maupun partai politik.

Sementara itu, meskipun ada usulan Joko Widodo menggandeng kembali dia, JK menyampaikan tidak berkeinginan untuk maju kembali dalam Pemilihan Presiden 2019.

"Saya tentu tidak bisa memberikan komentar, saya berterima kasih atas usulan itu tapi akhirnya kembali kepada konstitusi," kata JK, menambahkan .

UUD 1945 yang telah diamandemen pasal 7 menerangkan Presiden dan Wakil Presiden memegang jabatan selama lima tahun dan sesudahnya dapat dipilih kembali dalam jabatan yang sama hanya untuk satu kali masa jabatan. Hal ini membatasi presiden dan wakil presiden hanya diperbolehkan memegang jabatan selama dua periode.

Sementara politikus senior Akbar Tanjung menilai Ketua Umum Golkar Airlangga Hartarto paling pantas mendampingi Joko Widodo (Jokowi) pada Pemilihan Presiden (Pilpres) 2019. Mantan ketua umum Golkar itu menyebut Airlangga bisa bisa mengikuti visi dan misi Jokowi termasuk di bidang ekonomi digital.

"Airlangga mewakili tokoh muda yang sesuai dengan misi Presiden Jokowi di era Revolusi Industri 4.0 (revolusi industri keempat yang mengedepankan ekonomi digital dan kecerdasan buatan, red),” ujar Akbar.

Sejauh ini, kata Akbar, baru nama Airlangga yang digadang-gadang sebagai calon wakil presiden untuk mendampingi Jokowi. Namun, kata ketua DPR 1999-2004 itu, bisa saja Golkar mengusung tokoh non-kader.

Akbar lantas menyinggung nama Gubernur DKI Anies Baswedan dan mantan tentara Agus Harimurti  Yudhoyono. Menurut Akbar, dua tokoh muda itu punya kans tersendiri untuk diusung di Pilpres 2019.

Hanya saja, Akbar menegaskan bahwa Airlangga di urutan tertatas dalam daftar  cawapres Golkar. "Bila presiden memercayakan cawapresnya dari Golkar kami akan menyusun siapa-siapa kandidatnya. Namun nomor satu pasti Airlangga," tegasnya. (rdk)

 

Berita Lainnya

Index