Idul Adha 1441 H dalam Bingkai Kerukunan Bangsa

Idul Adha 1441 H dalam Bingkai Kerukunan Bangsa

Umat Muslim di Indonesia hari ini, Jumat, 31 Juli 2020 merayakan hari Raya Idul Adha 1441 Hijriah. Kita semua tentu berharap Idul Adha menjadi bingkai kerukunan bangsa, sekaligus jadi momentum untuk mempererat persatuan dan kesatuan bangsa. 

Sekarang ini, kita memang sedang menghadapi berbagai ujian, tidak saja munculnya konflik horizontal di sejumlah daerah, tapi yang lebih parah ketika kita menghadapi wabah pandemi Covid-19. Dalam kondisi yang demikian, maka pengorbanan sangat dibutuhkan untuk mempererat persatuan dan kesatuan. 

Sebagai bangsa yang majemuk, Indonesia memang memiliki keanekaragaman budaya hinggga agama. Karenanya, agama seyogyanya tidak hanya menjadi roh yang mengalirkan energi religius positif dalam setiap aktivitas umatnya. 

Tetapi harus juga menjadi perekat sosial, hingga menjadi perekat kesatuan dan persatuan bangsa. Agama harus menjadi driving force konsolidasi, persatuan dan kesatuan bangsa demi terwujudnya cita-cita bangsa.

Refleksi keagamaan dan kebangsaan, harus bersinergi untuk mewujudkan cita-cita bersama. Jika hal ini tetap terpelihara, maka masyarakat tidak lagi akan terpancing dengan hal-hal yang dapat merusak persatuan dan kesatuan bangsa. 

Momentum Idul Adha tahun ini, hendaknya dapat kita manfaatkan untuk memperbaiki diri dan bangsa. Seperti, menjaga kerukunan antarumat beragama. Tidak menimbulkan permusuhan, yang hanya dapat menyebabkan pertengkaran.

Mari kita jadikan Idul Adha 1441 H ini untuk meningkatkan rasa ukhuwah islamiyah dan memaknai perayaan Idul Adha untuk saling meningkatkan kebersamaan untuk saling membantu, salin peduli, saling bergotong royong dan tetap menjaga dan memeliharanya dengan baik. 

Sehingga pada akhirnya, Idul Adha bisa menjadi jembatan untuk saling mengasihi, serta untuk saling membantu dan mempererat kebersamaan demi utuhnya persatuan dan kesatuan bangsa.

Kalau saja Idul Adha dapat kita maknai dengan keikhlasan, maka prinsip individualisme, yang mengatasnamakan golongan, agama tertentu dan partai tertentu, tentu dapat kita hilangkan demi terwujudnya upaya membangun solidaritas kebangsaan. 

Untuk itulah, kita harus memperbaiki cara berpikir dan berperilaku yang tidak mengkotak-kotakan agama, tidak menghina agama yang satu dengan yang lainnya, tidak boleh membenci sesama, tidak egoistik, tidak tersentralisasi pada kepartaiaan, tidak tersentralisasi pada koalisi. 

Ingat ! Islam mengajarkan kepada umatnya agar selalu melakukan kebaikan kepada sesamanya dan semua golongan apapun identitas. Karena itu, upaya saling membangun solidaritas terhadap sesama yang lain merupakan suatu keniscayaan.

Karena pada dasarnya, berkurban dalam bentuk kambing, kerbau dan sapi ini merupakan simbol perwujudkan tingkat keikhlasan dalam mengorbankan segala harta di dunia yang kita miliki. Apa yang telah diajarkan dalam agama Islam, bahwa harta dan kekayaanmu di dunia ini adalah bersifat temporer. 

Akan tetapi, yang lebih terpenting, secara ontologi, makna kurban adalah bagaimana perilaku umat Islam selalu melakukan kebaikan terhadap sesamanya dan tidak menebarkan kebencian terhadap umat Islam lainya yang justru akan merusak nilai-nilai solidaritas kebangsaan.

Secara aksiologi, ibadah kurban merupakan bentuk keteguhan hati dan keimanan seseorang untuk menguatkan nilai-nilai persatuan bangsa, kesalehan sosial untuk kebangsaan dan keindonesiaan dalam ibadah kurban sangat ditekankan, nilai-nilai keindahan berkurban terletak pada sikap dan tindakan umat Islam dalam membangun nilai-nilai kesatuan umat Islam.

Untuk itu, diharapkan ibadah kurban umat Islam tahun ini dapat dijadikan sarana membangun nilai rasa kebangsaan secara bersama. 

Sebab, solidaritas kebangsaan tidak mungkin tumbuh secara alami, akan tetapi harus dimulai dari niat dan tindakan nyata dalam kehidupan sehari-hari, khususunya dalam kehidupan bermasyarakat serta dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. 

Sesungguhnya, pada perayaan Idul Adha 2020, umat Islam tidak hanya berkurban kambing atau sapi. Akan tetapi, yang lebih penting adalah umat Islam harus berkurban secara lahiriah dan bathiniah dalam membangun solidaritas kebangsaan antar agama, suku, ras, dan budaya. 

Artinya, mari kita berkurban untuk tidak menebarkan kebencian, berkurban untuk tidak menebarkan fitnah, berkurban untuk tidak melahirkan permusuhan. Sejatinya, itulah makna berkurban. Mari kita wujudkan berkurban dalam membangun kesatuan bangsa Indonesia agar menjadi bingkai kerukunan bangsa dari Sabang sampai Merauke.(karno raditya)

Berita Lainnya

Index