Mengintip Jet Tempur JF-17 Thunder

Mengintip Jet Tempur JF-17 Thunder

Jakarta, (PAB)

Saat berada di Pakistan, Presiden Joko Widodo (Jokowi) sempat meninjau pesawat besutan China-Pakistan jenis Jet tempur JF-17 Thunder. Penasaran dengan tampilannya, Jokowi pun berkenan naik ke cokpit pesawat tersebut.

Akankah Indonesia membeli pesawat itu? sebaiknya kita intip seberapa hebatkah Jet tempur JF-17 Thunder juga dikenal sebagai CAC FC-1 (Fighter China-1) itu ?

Pesawat ini sering diidentikan dengan pejuang multiguna generasi keempat. Semua rangka/bingkai logam dari jet tempur ini dirancang oleh China untuk angkatan udara Pakistan dan ekspor massal. Kelebihan utamanya adalah pada harganya yang murah.

Meskipun awalnya JF-17 dibuat untuk Angkatan Udara China dan Pakistan, namun  sekarang China telah memutuskan untuk "lepas tangan" dari pengembangan JF-17 lebih lanjut dan fokus pada J-10 sebagai penggantinya.

China National Aero-Technology Import & Export Corporation menyatakan biaya yang rendah dari JF-17 dikarenakan sistem onboard-nya yang diadatasi dan diperkecil dari Chengdu J-10. Ini merupakan transfer teknologi dari J-10 ke Jf-17 sehingga biayanya menjadi efektif.

Meskipun untuk mencapai biaya rendah ini harus mengorbankan badan pesawat menjadi tak berbahan baku serat karbon komposit, sehingga akan membatasi umur pakainya karena saat ini bisa dipastikan tidak ada lagi jet tempur yang semua badannya menggunakan bahan baku logam.

Daya dorongnya 85 kn dengan afterburner dan memiliki 7 hardpoint (cantelan/tenggekan) untuk membawa senjata. Harga per unit untuk Jf-17 blok I sekitar 15 juta dolar, merupakan biaya yang sangat murah.  

Beberapa fitur yang terdapat pada JF-17 Thunder antara lain : Diintegrasikan dengan Rudal Ra'ad ALCM.  Suite EW dikoneksikan dengan sistem peringatan rudal (MAW) untuk membantu melawan radar rudal. Beberapa modus radar NRIET KLJ-7, yang memungkinkan  pengawasan dan keterlibatan simultan dari target udara, darat dan laut, total 40 pengawasan yang dapat dikelola. Menggunakan modus track-while-scan (TWS), memungkinkan radar melacak hingga 10 target diluar jangkauan visual (BVR) Rentang jangkauan operasi untuk target dengan radar cross-section (RCS) dari 5m2, 105 km di modus look-up dan 85 km dalam modus look-down.

Spesifikasi JF17 Thunder
Kru : 1
Panjang : 14.93 m (49 ft)
Sayap : 9.45 m (31 ft, including 2 wingtip missiles)
Tinggi : 4.72 m (15 ft 6 in)
Wing area : 24.4 m² (263 ft²)
Bobot kosong: 6,586 kg (14,520 lb)
Daya angkut : 3600kg
Bobot saat terisi : 9,100 kg (20,062 lb)
Total bobot take off (maks):  12,500 kg (28,000 lb)
Mesin : 1 × Klimov RD-93 or Guizhou WS-13
Dry thrust  : 49.7 kN / 51.2 kN (11,106 lbf / 11,510 lbf)
Thrust with afterburner: 84.6 kN (19,000 lbf)
G-limit  : +8 g / -3 g
Kapasitas tangki bbm : 2,350 kg (5,130 lb)

Performa:

Kecepatan Maks: Mach 1.6 (1,217.9 mph; 1,960.1 km/h)
Radius Perang: 1,352 km (840 mi)
Ferry range: 3,482 km (1,880 NM)
Service ceiling: 16,920 m (55,500 ft)
Thrust/weight: 0.95

Senjata:

Senapan: 1× 23 mm GSh-23-2 twin-barrel cannon or 1x 30 mm GSh-30-2
Hardpoints: 7 in total (4 × under-wing, 2 × wing-tip, 1 × under-fuselage (Joint Hardpoint); pylon stations number 3, 4 and 5 are wet-plumb capable) with a capacity of 8,001 lb (3,629 kg)[12] for external fuel and ordnance

Rudal:

Rudal udara ke udara:

MAA-1 Piranha (Short-range)[174]
AIM-9L/M (Short-range)
PL-5EII (Short-range)[175]
PL-9C (Short-range)
PL-10 (Short-range)HMD sighted AAM
PL-12 / SD-10 (Beyond visual range)
PL-13 (Beyond visual range) [175]
Rudal udara ke darat:
PL-16(Anti-radiation missile)
MAR-1 (Anti-radiation missile)[92]
Ra’ad ALCM (Nuclear-capable Subsonic Cruise missile)[176]
CM-400AKG supersonic anti-shipping missile, export version of YJ-12[177]
C-802A Anti-ship missile
CM-102 supersonic Anti radiation missile
GB-6 Air-Launched Standoff Submunition Dispenser Precision Guided Weapon

Bomb:
Bom Konvensional:
Mk-82 (general purpose bomb)
Mk-84 (general purpose bomb)
Matra Durandal (anti-runway bomb)
CBU-100/Mk-20 Rockeye (anti-armour cluster bomb)
Bom dengan pemandu/Precision guided munitions (PGM):
GBU-10 (Laser-guided)
GBU-12 (Laser-guided)
LT-2 (Laser-guided)
H-2 (electro-optically guided)
H-4 (electro-optically guided)[11]
LS-6 (satellite-guided glide bombs)[173]
Satellite-guided bombs[11]

Lainya:
Rocket Pods
Countermeasures (Flares, Chaff)
Up to 3 external drop tanks (2 × under-wing 1,100 litres (240 imp gal; 290 US gal), 1 × under-fuselage 800 litres (180 imp gal; 210 US gal)) for extended range/loitering time

Sistem Avionik

DEEC electronic warfare suite
NRIET KLJ-7 multi-mode fire-control radar
NRIET KLJ-7A AESA RADAR
Night vision goggles (NVG) compatible glass cockpit
Externally mounted avionics pods:
KG-300G self-protection radar jamming pod
KG-600G self-protection radar jamming pod
WMD-7 day/night targeting pod
WMD-9 day/night targeting pod
TURKEY’S ASELSAN 16 ASELPOD

JF-17 juga dapat dilengkapi dengan avionik, radar dan persenjataan buatan Eropa. Pakistan sudah mulai bernegosiasi dengan pabrikan-pabrikan pertahanan Inggris dan Italia untuk kelengkapan avionik dan radar JF-17. Beberapa pilihan radar untuk JF-17 antara lain Galileo Avionica Grifo S7 Italia dan Thomson-CSF RC400 Perancis (varian dari RDY-2), juga rudal udara-ke-udara jarak menengah MBDA MICA IR/RF.

Rincian Program JF-17: JF-17 Thunder bermesin tunggal, merupakan pesawat tempur multiguna yang dikembangkan bersama oleh Chengdu Aircraft Industries Corporation (CAC) China dengan Angkatan Udara Pakistan dan Pakistan Aeronautical Complex (PAC).

Harga JF-17/FC-1 sekitar 15 juta dolar, merupakan pesawat tempur yang dirancang dari kerjasama Pakistan dan China untuk menggantikan A-5C China (modifikasi dari MiG-19), F-7P (MiG-21) dan pesawat Perancis Mirage 3/5 dalam armada Angkatan Udara Pakistan.

Pakistan dan China menandatangani Letter of Intent untuk pengembangan bersama JF-17 (kemudian disebut "Super-7") pada tahun 1998, diikuti dengan penandatanganan Kontrak pada tahun 1999.

Proyek ini sempat tertunda karena ketidakmampuan untuk memperoleh avionik dan paket radar. Uji terbang perdana dari prototipe JF-17 pertama terjadi pada tahun 2003 di China, kemudian dilanjutkan dengan uji penerbangan dengan modifikasi Intakes Supersonic Divertless, dan modifikasi desain ekor pada tahun 2006.

Tahun 2007, Angkatan Udara Pakistan menerima JF-17 untuk pengujian dan evaluasi lebih lanjut, terbang pertama kali di Islamabad, Pakistan di tahun ini juga. Angkatan Udara Pakistan resmi melantik skuadron utama JF-17 pada tanggal 18 Februari 2010. China memiliki opsi untuk memproduksi pesawat tempur ini, namun China tidak begitu antusias dengan ini dan tidak pernah membuat keputusan yang tegas.
    
Pakistan dan China memang membangun JF-17 dengan biaya sangat murah, menggunakan frame yang terbuat dari bahan logam bukan serat karbon komposit sebagaimana lazim digunakan pada pesawat tempur modern. Penggunaan logam biasa tersebut membatasi umur JF-17 menjadi lebih pendek dari pesawat tempur lainnya.

Harga yang murah juga didapatkan dari penggunaan avionic ‘ringan’ yang mengambil basic dari avionic pesawat tempur Chengdu J-10. Penggunaan avionic J-10 selain menghemat harga produksi secara signifikan juga sekaligus sebagai prasyarat transfer teknologi yang diinginkan Pakistan.

Pernah Jatuh

Beberapa waktu lalu Pakistan sempat membentuk tim investigasi untuk menyelidiki jatuhnya pesawat tempur ringan JF-17 Thunder Angkatan Udara Pakistan di Laut Arab.

Insiden terjadi sesaat setelah pesawat lepas landas pada latihan terbang rutin dari Pangkalan Udara Masroor di Karachi pada hari Selasa, 27 September.

Ini adalah kedua kalinya JF-17 mengalami kecelakaan, yang membuat keraguan tentang kemampuan dari pesawat tempur rancangan Cina. Namun begitu, setidaknya sebanyak 70 jet tempur telah melayani PAF untuk menjaga kedaulatan udara Pakistan.

Selain Pakistan, Myanmar pun membeli 16 unit pesawat multi peran JF-17 Thunder. Pesawat ini akan menggantikan peran dari MiG-29, J-7M dan Q-5. (radit)

 

Berita Lainnya

Index