Global Lesu, Sri Mulyani Yakin Laju Ekonomi RI Kuartal I Aman

Global Lesu, Sri Mulyani Yakin Laju Ekonomi RI Kuartal I Aman
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan laju ekonomi Indonesia pada kuartal I masih tetap tumbuh di atas 5 persen. (CNN Indonesia/Hesti Rika).

MEDAN, (PAB) ----

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan laju ekonomi Indonesia pada kuartal I masih tetap tumbuh di atas 5 persen, meski banyak negara telah menurunkan proyeksi pertumbuhan ekonomi. 

Pada pekan lalu, beberapa negara memangkas pertumbuhan ekonominya. China, misalnya, memproyeksi pertumbuhan ekonomi hanya di kisaran 6 persen hingga 6,5 persen. Sebelumnya, target pertumbuhan ekonomi 2019 dipatok di kisaran 6,5 persen. 

Hal serupa juga dilakukan oleh zona Eropa, ketika Bank Sentral Eropa memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi tahun ini dari 1,9 persen menjadi hanya 1,1 persen.

Akibatnya, pertumbuhan ekonomi Indonesia berpotensi terkoreksi dari sisi ekspor dan Penanaman Modal Asing (PMA). Hanya saja, Sri Mulyani yakin pertumbuhan ekonomi masih bisa ditopang dari sisi domestik, yakni melalui konsumsi masyarakat.

"Di dalam dua bulan ini ada deflasi itu menggambarkan harga cukup stabil. Sehingga konsumsi bisa terjaga 5 persen. Itu penting kalau Indonesia ingin momentum growth di atas 5 persen," imbuh dia.

"Pertumbuhan global yang melemah juga disebabkan oleh pertumbuhan perdagangan internasional yang melemah. Pertumbuhan dari dalam negeri harus menjadi engine of growth jika ingin pertumbuhan tetap tinggi di atas 5 persen," jelas Sri Mulyani, Selasa (12/3).

Menurut dia, ada satu faktor yang membuat ia optimistis bahwa pertumbuhan konsumsi cukup mumpuni di kuartal I, yakni angka inflasi yang rendah dalam dua bulan pertama tahun ini.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), Indeks Harga Konsumen (IHK) pada Januari tercatat 0,32 persen secara bulanan dan Februari malah mencatat deflasi sebesar 0,08 persen. Angka ini lebih rendah dibanding tahun sebelumnya, yakni 0,62 persen pada Januari dan 0,17 persen pada Februari.

Angka inflasi yang cukup rendah bisa menopang daya beli yang lebih baik. Terlebih, konsumsi memegang peranan terbesar dalam komponen pembentuk Produk Domestik Bruto (PDB). Pada kuartal IV 2018 lalu, konsumsi menyumbang 56,01 persen PDB dan tumbuh sebesar 5,08 persen secara tahunan.

Di samping konsumsi, ia juga yakin pertumbuhan ekspor juga bisa tokcermeski pertumbuhan ekonomi negara-negara mitra dagang Indonesia sedang lesu. Sebab, Indonesia sebetulnya bisa memanfaatkan pasar Asia dengan populasi banyak sebagai pengganti pasar-pasar ekspor tradisional.

Ini diharapkan juga bisa memperbaiki neraca perdagangan Indonesia yang sudah mencatat defisit US$1,16 miliar di Januari tahun ini.

"Meski China dan India melemah tapi the new emerging country seperti Filipina, Bangladesh, bahkan dalam hal ini Pakistan mengalami pertumbuhan ekonomi yang cukup baik dan mereka populasi dan pasarnya cukup besar. Jadi Indonesia harus tetap mampu untuk menjaga momentum," pungkas dia.(CNN)

Berita Lainnya

Index