Otak Jahat di Dunia Intel, TKN Jokowi: Prabowo Trauma Cara Orba

Otak Jahat di Dunia Intel, TKN Jokowi: Prabowo Trauma Cara Orba
Aria Bima. (Foto: Bayu Ardi Isnanto/detikcom)

JAKARTA, (PAB) ----

Capres Prabowo Subiantomenyinggung otak jahat di dunia intel saat berbicara soal peristiwa terorisme. Tim Kampanye Nasional (TKN) Jokowi-Ma'ruf Amin menyebut Prabowo Subianto trauma dengan cara-cara Orde Baru (Orba).

"Pak Prabowo ini mungkin traumatis dengan cara-cara di zaman orba yang pernah dia lakukan atau dia lihat ya. Tapi intelijen yang sebenarnya, itu adalah intelijen negara. Bagaimana data, informasi, semua hal, loyalitas pada kepentingan negara. Bukan hanya pada pemerintah atau person," kata Direktur Program TKN Jokowi-Ma'ruf, Aria Bima di gedung DPR, Senayan, Jakarta, Senin (4/3/2019).

Menurut Aria, intelijen di zaman Orba tidak lagi menjadi intel negara, tetapi intel dari mantan presiden Soeharto. Di era demokrasi, dikatakan Aria, banyak instrumen untuk mengontrol intelijen, mulai dari partai politik melalui DPR, NGO, hingga media.

Sebelumnya, Prabowo meminta publik tidak cepat menyimpulkan suatu kejadian, contohnya adalah peristiwa teror. Dia menyebut ada otak jahat di dunia intel.

"Jadi kalau toh ada intelijen yang kotor, yang salah pikir, ya tentunya by productakan dikritisi oleh semua instrumen yang ada. Loyalitas intelijen itu pada figur, pada pemerintah, atau pada negara, itu juga akan terlihat di dalam produk-produk yang dilakukan," ujar Aria.

Menurut Aria, Prabowo terlalu melihat cara pandang intelijen di zaman yang represif dan otoritarian serta tidak demokratis. Intelijen di zaman demokrasi menurut politikus PDIP ini berada di bawah pemerintahan yang demokratis.

"Ini yang saya pikir narasi-narasi bahwa banyak aparat intelijen yang salah, yang suka ngerjain orang, itu di mana rezim represif yang selalu... Kan instrumen-instrumen pemerintahan, instrumen-instrumen negara termasuk hanya sekadar untuk mempertahankan kekuasaannya saja," tutur Aria.

"Kalau intelijen yang di era demokrasi, saya kira lebih berbicara pada kepentingan negara, kepentingan rakyat banyak. Yang mana tugas intelijen adalah bagaimana memberikan informasi serealistis mungkin, data sevalid mungkin untuk pengambilan suatu keputusan," imbuhnya.


"Saya belajar ilmu militer, ilmu perang, di situ ada ilmu macem-macem, intel, ilmu sandi yudha. Jadi kadang-kadang karena saya mengerti paham pelaku. Jadi saya mengerti kalau ada kejadian jangan serta merta percaya pada kejadian itu," kata Prabowo saat acara konsolidasi nasional Aliansi Pencerah Indonesia (API) bersama eksponen Muhammadiyah di Hotel Sahid, Jakarta, Minggu (3/3).

"Karena di dunia ini banyak otak-otak kejam, otak-otak jahat banyak yang berkumpul di dunia intelijen," sambungnya.

Di sisi lain, Polri menyatakan tak pernah menyebut-nyebut agama dalam penanganan berbagai kasus terorisme. Menurut Polri, terorisme tak ada kaitannya dengan agama.

"Sudah sering disampaikan dalam berbagai case. Dan Polri tidak pernah menyebut-nyebut agama. Karena terorisme tidak ada kaitannya dengan agama," kata Karo Penmas Divisi Humas Polri Brigjen Dedi Prasetyo kepada detikcom, Minggu (3/3).

Berita Lainnya

Index