4 Perusahaan Asing Segera Beroperasi di Batamindo, Butuh 1.300 Tenaga Kerja Baru

4 Perusahaan Asing Segera Beroperasi di Batamindo, Butuh 1.300 Tenaga Kerja Baru
Pencari kerja berdesakan untuk melamar di Batamindo, belum lama ini. 4 PMA disebut akan membuka usaha di Batamindo dan bakal butuh 1.300 tenaga kerja baru. - TRIBUNBATAM.ID

BATAM, (PAB) ----

Empat perusahaan Penanaman Modal Asing (PMA) baru, bakal segera beroperasi di Kawasan Industri Batamindo.

Mereka adalah Pegatron, perusahaan asal Taiwan, Maruho asal Jepang, Simatelex asal Hongkong dan Sammyung asal Korea Selatan.

Keempatnya bergerak di bidang industri manufactur untuk elekronik, dengan total rencana nilai investasi lebih kurang 50 juta dolar Amerika.

General Manager Pengelola Kawasan Industri Batamindo, Mook Soi Wah mengatakan, rencana investasi ke empat perusahaan ini, telah mendapatkan Nomor Induk Berusaha (NIB) dan Izin Usaha Industri (IUI) melalui Online Single Submission (OSS) dan memerlukan sekitar 1.300 tenaga kerja.

Rincian investasinya, Pegatron sebesar 40 juta US dolar, Maruho 1,6 juta US dolar, Sammyung 4,5 juta US dolar, dan Simatelex 3,2 juta US dolar.

Total nilai investasi keempatnya sebesar 49,3 juta US dolar dan dibulatkan menjadi 50 juta US dolar.

"Secara resmi gedung-gedung yang akan mereka sewa telah kami serahterimakan dan mereka saat ini sedang dalam proses renovasi. Mereka perlu waktu kurang lebih 3 bulan dan diperkirakan April 2019, akan beroperasional secara bertahap," kata Mook Sooi Wah, dalam rilis yang diterima Tribun, Rabu (20/2).

Mook mengatakan, minat investor melirik Batam sebagai tempat investasi saat ini masih tinggi.

Akibat perang dagang antara Amerika Serikat dan China menjadikan Batam sebagai salah satu pilihan investasi.

Tidak hanya bagi perusahaan baru, perusahaan yang telah beberapa tahun beroperasi di Batamindo, juga ada yang melakukan perluasan usaha tahun ini.

Sebut saja seperti PT Excelitas dengan penambahan investasi sebesar 5 juta US dolar dan tambahan tenaga kerja sebanyak 140 orang.

Di samping itu, PT Rubycon juga dalam proses ekspansi dengan tambahan nilai investasi sebesar 4 juta US dolar dan perkiraan tambahan tenaga kerja sebanyak 250 orang.

Ia melanjutkan, dalam waktu dekat, beberapa tenant seperti Ciba Vision, SIIX, NOK Asia Batam dan Infineon juga akan melakukan ekspansi.

"Total nilai perluasan dari Rubycon, Ciba Vision, SIIX, NOK Asia Batam dan Infineon senilai 66 juta US dolar dan perkiraan total tenaga kerja yang direkrut 1.730 orang," ujarnya.

Mook mengatakan, masuknya beberapa perusahaan PMA baru dan adanya perusahaan lama melakukan perluasan usaha ini, tidak terlepas dari dukungan semua pihak di Batam.

Mulai dari mantan Kepala Badan Pengusahaan (BP) Batam, Lukita Dinarsyah Tuwo yang telah berjasa menyelesaikan beberapa masalah krusial terkait investasi.

Kemudian dilanjutkan kepemimpinan Edy Putra Irawady sebagai Kepala BP Batam saat ini, yang juga siap mengawal investasi, baik yang akan masuk maupun yang akan ekspansi.

Kemudian Wali Kota Batam, Rudi, yang terus-menerus melakukan pembangunan pelebaran infrastruktur jalan.

"Tentu kami sangat mengapresiasi beliau-beliau ini," kata Mook.

Selain di Kawasan Industri Batamindo, geliat investasi juga terjadi di Kawasan Industri Terpadu Kabil. Direktur Kabil Citra Nusa yang mengelola Kawasan Industri Terpadu Kabil, Peter Vincent mengatakan tahun ini, ada beberapa perusahaan yang akan segera beroperasi. Seperti PT Energo RPO, PT Agri Energi Nusantara, PT Petro Papua Energi, PT Torrefaction Bioenergery Indonesia, dan PTEC Research & Development.

Menanggapi hal ini, Wakil Ketua Himpunan Kawasan Industri (HKI) Kepri, Kepri Tjaw Hioeng mengatakan, tentunya semua usaha tersebut akan berjalan dengan mulus dan lancar, jika iklim investasi, khususnya di FTZ (free trade zone) Batam tetap kondusif.

Diakuinya, masih ada beberapa hal yang harus mendapatkan perhatian dari pemerintah. Yaitu infrastruktur seperti jalan menuju kawasan industri perlu diperlebar.

Di samping itu, rasa aman dan nyaman dalam berinvestasi juga sangat diperlukan oleh para investor. Adapun hal-hal yang masih menghambat kinerja investasi, seperti tata kelola upah.

Di mana produktivitas pekerja yang menurun tetapi upah meningkat, soal keterampilan, masalah regulasi yang kompleks--tidak harmonis dan tidak sinkronnya regulasi antar kementerian/ lembaga, antara pusat dan daerah dan ekonomi biaya tinggi wajib harus dilakukan.

"Kemudian melanjutkan pembangunan infrastuktur dengan fokus menghubungkan pusat-pusat industri dan membangun industri supply chain dalam rangka menurunkan biaya logistik yang tinggi.

Kehadiran Klinik Berusaha OSS dan Garda pengawalan dan penyelesaian masalah sangat amat dibutuhkan, sehingga diharapkan tidak ada lagi hal-hal yang sifatnya "multi-tafsir' terhadap sebuah permasalahan yang timbul," kata Ayung, sapaannya. (*)

 

Berita Lainnya

Index