Cerita Pilu Perempuan-perempuan Muda yang Dikawin Kontrak di China

Cerita Pilu Perempuan-perempuan Muda yang Dikawin Kontrak di China
Orang tua korban perdagangan orang ke China. (Indra Komara/detikcom)

JAKARTA,(PAB)----

Yuni Ela, tante salah seorang WNI yang dijual ke China atau Tiongkok, berharap banyak keponakannya yang berinisial CEP bisa segera pulang. Dia tak ingin keponakannya terus mengalmai depresi hingga akhirnya bunuh diri.


"Dia cerita mau pulang terus. 'Tolong Mah, nggak kuat, Mah. Terus dicekokin obat. Dipaksa melulu, Mah. Ini juga lagi di kamar mandi bisa WA. Tolong Mah, jangan sampai nanti bunuh diri di sini,'" kata Yuni mengulang percakapan dengan keponakannya. Yuni berbicara di kantor DPP PSI, Tanah Abang, Jakarta Pusat, Rabu (19/9/2018).

Yuni, yang sudah menganggap keponakannya sebagai anaknya, mengaku sudah tak bisa berkomunikasi lagi. Terakhir kali berkomunikasi, keponakannya itu terus menangis minta segera dipulangkan.

"Di sana dia dulu sering komunikasi, cerita sering dipukul, dipaksa berhubungan suami-istri yang nggak sewajarnya. Dia telepon minta jangan disuarain, takut dirampas. Kasihan banget," tuturnya.

"Itu terus yang disampaikan, dia pengin pulang. Eno disiksa terus. Makan seadanya. Ada kacang, jagung, dimakan. Dia nggak mau ngobatin bekas sesarnya. Jangan sampai anak saya bunuh diri. Itu saja. Dia minta pertolongan," sambung Yuni.
Yuni menceritakan keponakannya itu meminta izin bekerja di China. Tetapi dia tak menyangka nasib keponakannya sekarang justru jauh dari kata bahagia.

"Saya nggak tahu dia ke China bekerja seperti ini, kejadian seperti ini, karena dia niat baik mau mengubah nasib," kata Yuni.

Sementara itu, Ai Maemunah, ibunda DF, yang juga jadi korban perdagangan orang, menuturkan anaknya ditawari bekerja ke China saat di Jakarta pada awal Mei 2018. Anaknya dijanjikan akan diberi upah Rp 5 juta per bulan.

"Dewi ke Jakarta dulu main sama dua temannya. Di Jakarta dua minggu. Terus balik lagi ke Purwakarta. Pas pulang dia cerita ditawarin kerja sama orang buat kerja di China. Dijanjiin di sana digaji Rp 4-5 juta. Dia bilang pas mau berangkat ke Jakarta lagi. Sampai sekarang udah 4 bulan nggak ada kiriman," kata Maemunah.

Kemudian, ayah korban berinisial M, Nur Hidayat, mengatakan masih bisa berkomunikasi dengan putrinya yang berusia 16 tahun. Hidayat bisa berkomunikasi dua hari belakangan ini.

"Terakhir 2 hari lalu telepon. Saya bilang cuma sabar. Jangan sakit di sana. Berdoa aja. Itu aja," katanya sambil terisak.

 

Hidayat juga merasa ditipu oleh pelaku yang membawa putrinya ke China. Hidayat tak menyangka niat anaknya mencari kerja justru dikawin paksa di China.

"Awal mula mau main sama temannya di Jakarta sampai akhirnya di Jakarta saya tanya mau apa. Mau kerja. Kerja dengan bos. Dugaan saya meleset, tahunya 10 hari jelang puasa, dia nangis ada di China. Dia minta dipulangin. Disekap," tuturnya.

"Saya kira dia tuh kerja, nggak tahunya dinikahkan. Nikahnya secara apa juga nggak tahu. Sampai sekarang kasusnya nggak tahu hasilnya. Kadang-kadang jam 2 pagi dia telepon minta pulang, sambil nangis," kata Hidayat.

Kasus ini sekarang akan diadvokasi oleh PSI. Anggota jaringan advokasi rakyat Partai Solidaritas Indonesia (Jangkar Solidaritas) Muannas Alaidid mengatakan beberapa lokasi WNI yang disekap sudah diketahui.

"Ini berdasarkan keterangan korban di sana. Di KBRI ada 8 yang identitasnya diidentifikasi ada di Provinsi Hainan, 3 di Anhui, sisanya belum diketahui. Posisi sudah diketahui tinggal saya kira pemerintah melalui pihak terkait bisa memulangkan mereka," ujarnya.(detik)

Berita Lainnya

Index