Vonis Hukuman Mati Aman Abdurrahman, Ini Jejak Terornya di Indonesia

Vonis Hukuman Mati Aman Abdurrahman, Ini Jejak Terornya di Indonesia

JAKARTA,(PAB)----

Gembong teroris Aman Abdurrahman alias Oman Rochman telah menjalani sidang tuntutan di Pengadilan Negeri, Jakarta Selatan. Aman dituntut hukuman mati oleh Jaksa Penuntut Umum.

Dikutip dari Liputan6.com, JPU menyebut terdakwa kasus terorisme Aman Abdurrahman merupakan penggagas organisasi Jamaah Anshorut Daulah ( JAD) yang dikenal sebagai organisasi terorisme di Indonesia.

“Menjatuhkan pidana kepada Oman Rochman alias Abdurrahman dengan pidana mati,” kata jaksa penuntut umum (JPU) di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan, Jumat (18/5/18).

Jaksa menyebut tidak ada hal meringankan dalam dakwaan yang dijatuhkan kepada Aman Abdurrahman. “Dalam hal ini tidak ada yang meringankan terdakwa” kata jaksa.

Dalam persidangan, jaksa menyebut keterlibatan Aman Abdurrahman dalam serangkaian teror melalui doktrin yang ditularkan kepada para pengikutnya. Ia didakwa sebagai aktor intelektual di balik serangkaian teror di Indonesia.

Berikut ini jejak-jejak Aman Abdurrahman dalam serangkaian teror di Indonesia:

1. Bom Thamrin

Lokasi peledakan bom Thamrin masih ramai dikunjungi warga hingga korban ledakan bom di kawasan MH Thamrin dimakamkan.

Sekitar dua tahun lalu, 14 Januari 2016, kawasan Sarinah Thamrin dihebohkan dengan aksi serangan teroris. Ledakan terjadi di dua tempat yang disertai penembakan di sekitar Plaza Sarinah.

Dalam kejadian tersebut, delapan orang meninggal dunia. Empat di antaranya pelaku. Selain itu, 24 lainnya luka-luka akibat serangan ini.

Empat pelaku yang tewas adalah Muhammad Ali alias Rizal alias Abu Isa, Sunakim alias Abu Yaza, serta Dian Juni Kurniadi.

Penyerangan itu dilakukan setelah Aman menerima kunjungan Abu Gar dan Khaidar Ali di Lapas Nusakambangan. Aman mememerintahkan amaliyah dengan sasaran WNA.

2. Bom Molotov di Gereja Oikumene

 Seorang polisi berjaga setelah seorang pria melemparkan bom molotov ke Gereja Oikumene, Kelurahan Sengkotek, Samarinda, Kalimantan Timur, Minggu (13/11).

Serangan teror lainnya terjadi di Gereja Oikumene Sengkotek, Samarinda, Kalimantan Timur, 13 November 2016. Dalam kejadian itu, Juhanda yang merupakan anggota JAD melempar molotov ke gereja hingga lima jemaat gereja terluka, salah satunya masih balita.

Seorang korban bernama Intan yang berusia 2,5 tahun meninggal dunia dalam perawatan di rumah sakit pada keesokan harinya.

Ledakan bom itu terjadi saat pergantian jemaat di Gereja Oikumene, yakni jemaat HKBP bergantian dengan Jemaat Kristen Indonesia (JKI) Mawar Sharon. Sejumlah anak pun mulai keluar dari pintu utama untuk bersiap pulang. Tiba-tiba seorang pria tidak dikenal yang mengenakan kaus dan celana hitam melemparkan bom molotov.

Bom itu langsung meledak sebanyak tiga kali. Para jemaat pun berhamburan keluar ruangan untuk melihat situasi. Empat korban yang kesemuanya anak-anak tergeletak tak berdaya dengan kondisi luka bakar. Para korban langsung dievakuasi ke RSUD IA Moeis. Empat unit sepeda motor yang diparkir di depan gereja dilaporkan ikut terbakar.

 

3. Bom di Kampung Melayu

 Terminal Kampung Melayu, Rabu (24/5). Bom bunuh diri yang dilakukan 2 orang ini menewaskan 3 anggota Polisi.

Bom bunuh diri terjadi di Kampung Melayu, Jakarta Timur, Rabu 24 Mei 2017 sekitar pukul 21.00 WIB. Ledakan terjadi dua kali dalam rentang waktu berdekatan.

Akibat bom Kampung Melayu, lima orang tewas. Dua di antaranya diduga kuat pelaku dan tiga lainnya anggota kepolisian. Sementara 10 lainnya, mengalami luka-luka. Lima di antara korban luka adalah anggota Polri dan lima lainnya masyarakat sipil.

Kapolri Jenderal Polisi Tito Karnavian mengatakan, bomber berjumlah dua orang dan tewas di lokasi saat bom diledakkan. Berdasarkan hasil penyidikan Detasemen Khusus (Densus) 88 Antiteror, kedua bomber masing-masing bernama Iwan Nursalam dan Ahmad Syukri.

Kedua bomber ini, ujar Tito, positif tergabung dalam sel Mudiriyah Jamaah Anshar Daulah (JAD) Bandung Raya, yang berafiliasi dengan jaringan Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS), di mana penghubungnya adalah Bahrun Naim.

“Ini kesekian kalinya network (jaringan) ISIS Bahrun Naim JAD (Jamaah Anshar Daulah) melakukan aksi. Terakhir mereka melakukan aksi di bom Thamrin,” beber Tito.

4. Serang Mapolda Sumut

 Serangan terhadap anggota Polri terjadi di Mapolda Sumut.

Dua terduga teroris menyerang Mapolda Sumatera Utara pada Minggu dini hari sekitar pukul 03.00 WIB. Akibat penyerangan tersebut, satu anggota polisi bernama Aiptu Martua Sigalingging meninggal karena mendapat luka tusukan.

“Tadi pagi, dua orang melompat pagar kemudian menyerang satu petugas di pos jaga yang kebetulan kemungkinan besar sebagian besar sedang tidur,” ujar Kapolri Jenderal Polisi Tito Karnavian di Istana Kepresidenan, Minggu (25/6/2017).

Mereka lalu menyerang Martua Sigalingging yang sedang berada di Pos II Mapolda Sumut. Kemudian ada polisi lain yang melihat kejadian dan hendak diserang. “Kemudian dia berbalik badan, lari karena dia tidak bawa senjata sambil berteriak,” kata Tito.

Anggota Brimob yang berada di pos yang tidak jauh mendengar teriakan dan kemudian mengambil tindakan dengan menembak dua terduga teroris tersebut.

“Satu orang meninggal, satu orangnya lagi terluka, tapi masih hidup. Sekarang kita lagi kembangkan,” ucap Tito.

Kabid Humas Polda Sumut yang menjabat saat itu Kombes Pol Rina Sari Ginting menerangkan, dua anggota piket atas nama Aiptu Martua Sigalingging dan Brigadir E Ginting, ketika berada di Pos II Mapolda Sumut secara tiba tiba diserang dua orang pelaku.

Waktu itu terjadi perkelahian yang mengakibatkan Aiptu Martua Sigalingging, personel Yanma Polda Sumut tertusuk pisau hingga meninggal dunia. Pelaku juga mencoba membakar ruangan pos. Anggota jaga atas nama Brigadir E Ginting kemudian meminta bantuan dengan berteriak kepada personil Brimob yang bertugas.

“Aiptu M Sigalingging meninggal dengan luka tusuk di bagian pipi kanan, dagu, leher atas, dan dada kiri yang diduga karena terjadi perkelahian dan perlawanan,” kata Rina Sari Ginting saat dikonfirmasi.

Selanjutnya, Brimob dari penjagaan pos I, di pintu masuk Mapolda, memberikan bantuan dan memberikan tembakan peringatan. Namun pelaku masih juga mencoba menyerang dengan mengucapkan takbir beberapa kali.

Kemudian anggota Brimob atas nama Brigadir Novendri Sinaga, Bharatu Lomo Simanjuntak, dan Brigadir Karo Sekali menembak kedua pelaku.

“Kita masih melakukan olah TKP. Nanti perkembangannya akan kita informasikan ke teman-teman. Identitas pelaku sudah diketahui dan sedang dilakukan pendalaman serta pengembangan. Diduga pelaku berafiliasi dengan ISIS,” sebut Kabid Humas Poldasu yang menjabat saat itu Kombes Rina.

Atas rentetan teror itu, Aman membantah terlibat, apalagi mengotaki, teror-teror dengan motif mendirikan negara Islam tersebut. “Saya tak tahu-menahu,” ucapnya dengan dalih kala itu dia di dalam penjara. (tribata/evi)

Berita Lainnya

Index