Lewat Tulisan di Medsos Uba Pasaribu Rangkul Kaum Marginal

Lewat Tulisan di Medsos Uba Pasaribu Rangkul Kaum Marginal

PAB,-

Dulu, saya hanya orang biasa. Hanya pintar cakap. Tetapi, kemampuan bercakap saya tidak banyak membantu untuk menolong orang.

Tapi, ketika pertama kali saya bertemu dengan seseorang yang pintar menulis, saya disengatnya. Lelaki muda itu menegur saya. Katanya, "Lae ( Ipar=Batak/red), jangan hanya pintar cakap, cobalah menulis."

Awalnya saya ragu. Saya tidak percaya kalau saya bisa menulis. Namun, lelaki itu terus mengingat kan saya. Ia tidak pernah kapok menegur saya untuk menulis.

Lalu, intensifnya teguran itu membuat saya tak bisa mengelak lagi. Perlahan tapi pasti, mulailah saya menulis. Dari satu kata menjadi satu kalimat, dari satu status pendek hingga menjadi postingan panjang. Akhirnya  saya bisa menulis satu tulisan. 

Tentu tulisan saya tentang kisah-kisah orang kecil, wong cilik, rakyat marjinal, mereka yang tersingkir, yang dikalahkan situasi.

Tulisan pertama itu membuat saya terpana. Apa iya saya bisa menulis? Apa iya menulis tidak sesulit yang saya bayangkan selama ini?

Sejak tulisan pertama itu, saya pun mulai keranjingan menulis. Entah sudah berapa puluh orang saya tulis. Semua tulisan saya tentang kaum marjinal, suara-suara dari bawah, suara kaum tertindas, yang terhempas, tersingkir, tercerabut dari kehidupan sosialnya. 

Saya menulis tentang nenek tua yang hidup sebatang kara, anak-anak miskin yang orangtuanya masuk penjara, ibu hamil yang tidak punya Kartu BPJS Kesehatan, anak yang dibuang orangtuanya, orangtua yang ditinggalkan anaknya, dan beragam kasus warga tanpa identitas walau belasan tahun mereka hidup di kota Medan.

Gara-gara menulis, orang mulai mengenal saya. Tulisan saya di medsos dibaca banyak orang. Foto dan video yang saya produksi kerap menjadi viral. Tulisan dan karya-karya yang berdaya gugah itu mampu mengetuk pintu hati banyak orang. Ribuan warganet menaruh cintanya pada tulisan saya. Sesuatu yang tak pernah saya bayangkan dulu. Tulisan telah mengubah hidup saya.

Dan melalui tulisan, banyak orang tertolong karena informasi yang saya tulis akurat, sehingga dermawan yang mau berbagi merasakan bantuan mereka sampai ke tangan yang tepat. 

Tentu saja, "kesuksesan" tulisan itu tidak lantas  membuat saya besar kepala. Tidak. Bagi saya itu, lebih banyak lagi orang yang tertolong berkat tulisan, adalah mimpi-mimpi yang harus saya kejar setiap hari. Saya ingin sekali, jemari saya ini menjadi alat untuk menyuarakan kebenaran dan suara-suara kenabian di tengah dunia yang sedang kalang kabut ini.

Salam

Suara Marjinal

Uba Pasaribu (UP)
 

Berita Lainnya

Index