42 Hari Jelang Berakhirnya Konsesi ATB, Bagaimana Kualitas Layanan Setelahnya..?

42 Hari Jelang Berakhirnya Konsesi ATB,  Bagaimana Kualitas Layanan Setelahnya..?
ATB berkomitmen untuk memberikan layanan terbaik hingga akhir konsesi.

BATAM, (PAB)---

Tinggal 45 hari menjelang berakhirnya konsesi PT Adhya Tirta Batam (ATB). Presiden Direktur ATB, Benny Andrianto telah memberi jaminan tentang jaminan kualitas pelayanan sebelum berakhirnya konsesi. Tapi, bagaimana kualitas pelayanan air bersih Batam setelahnya?

“ATB akan tetap bertangunggjawab sampai 14 November. Itu adalah bagian dari sebuah komitmen. Tidak perlu dikhawatirkan oleh pelanggan,” ujar Benny

ATB sudah melayani kebutuhan air bersih masyarakat kota Batam selama hampir 25 tahun. Tepatnya sejak menerima amanah dari negara melalui perjanjian konsesi dengan BP Batam (Saat itu Otorita Batam) di tahun 1995.

Selama 25 tahun berkiprah, perusahaan ini telah memberikan upaya terbaiknya untuk Batam. Hingga akhirnya mampu membuat Batam menjadi kota dengan pelayanan air bersih terbaik di Indonesia.

Prestasi ini bisa diraih karena ATB mampu memberikan pelayanan terbaik dengan jangkauan area pelayanan hingga 99,5 persen, kontiyuitas suplai mencapai 23,7 jam dan rata-rata tingkat kehilangan air hanya 14 persen.

Praktis yang dilakukan ATB sebenarnya telah melebihi apa yang disuratkan dalam perjanjian konsesi. Perusahaan ini sebenarnya hanya diminta untuk melayani 825 ribu penduduk dengan 107 ribu sambungan saja, dan menekan angka kehilangan air hingga 20 persen.

Jika Benny telah menjamin pelayanan air bersih  tetap terjamin sampai konsesi ATB berakhir, lalu bagaimana kondisinya setelah konsesi ATB berakhir?

“Saya tidak berhak menilai mereka perform atau tidak perform. Silahkan nanti dibuktikan sendiri,” jelasnya.

Seperti diketahui, BP Batam telah menunjuk operator baru untuk masa transisi selama 6 bulan setelah konsesi dengan ATB Berakhir.

Menurut General Manager Sumber Daya Air,Limbah dan Lingkungan BP Batam, Ibrahim Koto, BP Batam memilih PT Moya Indonesia telah menjadi mitra karena dapat memberikan nilai tambah ekonomis bagi BP Batam. Manfaat ekonomis yang lebih besar itu nantinya akan digunakan untuk merevitalisasi waduk.

Namun, tampaknya operator baru akan membutuhkan waktu untuk beradaptasi dengan karakteristik Batam. Saat ini, ada sekitar 2.700 pelanggan yang berada di titik kritis. Pelanggan ini belum menikmati kontinyuitas suplai 24 jam, karena berada di ujung pipa atau tinggal di elevasi tinggi. Ketika terjadi mati air 1 jam saja, maka recovery ke daerah tersebut bisa mencapai 2 hari.

 Bilamana kemudian terjadi gangguan, maka penduduk tidak memiliki sumber air bersih alternatif lain. Pasalnya, Batam hanya mengandalkan air hujan yang ditadah di waduk-waduk yang dibangun pemerintah.

“Tidak ada sungai, sumur atau sumber air lain. Jadi perlu hati-hati,” jelas Benny.

ATB sendiri telah punya pengalaman panjang, sehingga mampu memitigasi dan mengurangi dampak kepada pelanggan yang berada di titik kritis. Namun, dia khawatir bila operator yang belum mengenal karakteristik Batam mengelola SPAM, maka pelanggan-pelanggan tersebut akan mengalami dampak yang lebih buruk.

“Perlu adaptasi dan itu membutuhkan waktu. Saya biasanya selalu optimis dalam menyikapi sebuah masalah. Tapi kali ini saya pesimis,” imbuhnya. (*)

ek/pab

Berita Lainnya

Index